REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG – Warga Desa Umbar yang berada di sisi Sungai Umbar, Kecamatan Kelumbayan, Kabupaten Tanggamus, Lampung masih trauma dengan banjir bandang yang melanda kampungnya, Kamis (8/11) malam. Hujan yang masih mengguyur daerah tersebut membuat warga berjaga-jaga.
Menurut Samin, warga Dusun Sukajadi Desa Umbar, hujan yang mengguyur dusunnya sudah berlangsung 10 hari terakhir. Intensitas hujan yang tinggi membuat Sungai Umbar meluap. Puncaknya, air mulai masuk dan merendam rumah warga pada Kamis sekitar pukul 22.00 WIB.
Pukul sepuluh malam, ia menuturkan, air sudah mulai naik, namun beberapa saat air mulai surut lagi. Samin dan anggota keluarganya melanjutkan tidur kembali, seolah tak terjadi apa-apa. Tak berapa lama, anaknya membangunkan dirinya. Air datang lebih besar sampai menyeret rumahnya.
“Bangun tidur air sudah tinggi, kemudian datang air kedua yang lebih besar, kami menyelamatkan diri ketempat yang tinggi,” katanya, seperti dituturkan kepada relawan ACT Lampung, Ahad (11/11).
Dusun Sukajadi berada persis di bibir Sungai Umbar. Dusun tersebut berpenduduk 74 kepala keluarga. Rumah Samin juga tak jauh dari sungai tersebut. Banjir bandang karena sungai meluap malam itu menghayutkan 14 rumah tanpa bekas. Dusun tersebut sebagai pintu masuk menuju dusun-dusun lainnya di Desa Umbar.
Banjir bandang di Kecamatan Kelumbayan beberapa waktu lalu menewaskan seorang warga Biacik (69 tahun), puluhan rumah hayut, dan ratusan rumah rusak dihantam banjir bandang. Korban yang meninggal karena terlepas dari pegangan anaknya saat hendak menyelamatkan diri saat banjir bandang datang malam itu.
Asmana, warga dusun lainnya menuturkan, banjir bandang datang dengan tiba-tiba setinggi pinggang orang dewasa pada pukul 23.00. Ia terpaksa keluar dari kamar namun air sudah masuk rumah dan langsung menyematkan diri.
“Saya ditarik sama tetangga, sudah jangan mikirin yang lain, ayo selamatkan nyawa dulu,” ujarnya menirukan teriakan tetangganya.
Warga setempat masih trauma dengan kejadian banjir bandang tersebut. Warga masih waspada kemungkinan banjir susulan, karena musim hujan masih akan terjadi. Kejadian tersebut, membuat warga yang kehilangan tempat tinggal mengungsi ke tempat yang lebih aman.
Terdapat sebuah masjid yang masih utuh, tidak diterjang banjir bandang. Masjid Nurul Hidayah yang tak jauh dari rumah Asmana masih kokoh. Kaca-kaca masjid masih utuh. Warga memanfaatkan masjid untuk berteduh dan menyimpan barang rumah tangga, selain untuk beribadah, meski beberapa lantainya masih menyisakan lumpur.
Effendi, warga dusun lainnya menyatakan, bantuan masih sulit menembus ke dusun-dusun lainnya yang terdampak banjir bandang. Jalan yang rusak, jembatan yang putus, membuat distribusi bantuan terhambat. Menurut dia, beberapa dusun yang sulit ditembus yakni Dusun Lubuk Kejung, Boloran Tupak, Sabar dan Tanjung Iman terletak jauh dari Dusun Sukajaya.
“Untuk menembus keempat dusun tersebut harus melewati Sungai Umbar. Jembatan yang biasa dilalui warga ikut hanyut diterjang banjir,” katanya.
Kepala Cabang ACT Lampung Dian Eka Darma Wahyuni mengatakan, posko kemanusiaan akan didirikan di Dusun Sukajaya Desa Umbar, tepatnya di rumah relawan Apri Wasa. Pemilihan Dusun Sukajaya karena mudahnya akses dari berbagai rute. Selain itu tiga dapur umum menjadi prioritas aksi mulai Senin (12/11). Rencananya Tim akan berangkat membawa bantuan logistik sembako, pakaian dan kebutuhan warga terdampak lainya.
Ia berharap dengan kehadiran posko kemanusiaan dan dapur umum akan meringankan beban warga terdampak banjir. “Prioritas sekarang mendirikan posko kemanusiaan, dapur umum dan memberikan pendampingan psikososial untuk anak-anak yang menyaksikan langsung banjir bandang,” paparnya.