REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) kini tengah menyusun strategi untuk menemukan kotak hitam cockpit voice recorder (CVR). Penyusunan strategi ini dilakukan sembari menunggu kapal dan perlengkapan pencarian datang dari luar negeri.
"Sekarang ini kami kan menyusun strategi sambil menunggu kapalnya datang," jelas Kepala KNKT, Soerjanto Tjahjono, di Kementerian Perhubungan, Gambir, Jakarta Pusat, Senin (12/11).
Ia mengatakan, kapal untuk melakukan pencarian CVR didatangkan dari luar negeri, yakni dari Singapura. Diperkirakan, kapal tersebut tiba dan dapat digunakan pada Kamis (15/11) mendatang karena membutuhkan waktu berlayar dari Singapura.
"Hari kamis kan dari Singapura perlu berlayar ke sini. Kapal penyedot sudah ada di sekitar Pulau Seribu," terangnya.
Ia menjelaskan, dalam proses pencarian CVR, KNKT diberi bantuan oleh Badan SAR Nasional (Basarnas). Meski Basarnas telah menyatakan masa pencarian dihentikan, kata Soerjanto, tetapi mereka tetap menyiagakan 10 orang penyelam dan satu kapal rig untuk membantu melakukan pencarian CVR.
Di samping itu, KNKT memang tengah mendatangkan kapal dengan perlengkapan-perlengkapan canggih, salah satunya remotely operated vehicle (ROV) yang lebih canggih. Ada pula peralatan bernama sub bottom profiling. Alat tersebut Soerjanto sebut sangat penting untuk melakukan pencarian CVR di bawah lumpur.
"Sub bottom profiling untuk mencari benda-benda apa saja yang masih ada di dalam lumpur. Jadi alat inilah yang kita harapkan bisa menemukan kalau seandainya si CVR itu masuk ke dalam lumpur. Ini akan dapat mendeteksi kira-kira di mana barang tersebut dan di mana lokasi yang kita cari," ujar dia.