REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian (Kementan) optimistis tahun ini dapat menerbitkan rekomendasi teknis (rekomtek) atas 185 ribu hektare kebun sawit. Rekomentek tersebut untuk merealisasikan program peremajaan kebun kelapa sawit.
“Sebab Oktober saja kita mampu terbitkan rekomtek 42.950 hektar,” kata Direktur Jenderal (Dirjen) Perkebunan, Bambang, Jum’at (9/11).
Bambang menjelaskan, sebelumnya minat masyarakat untuk meremajakan kebunnya terhambat. Diantaranya dengan tersendatnya pembayaran rekomendasi teknis tahun lalu yang membuat banyak petani rakyat yang ragu. Kementerian Koordinator Perekonomian kemudian memutuskan agar semua rekomtek mendapatkan pendanaan pada September lalu.
“Sekarang petani sudah yakin dan berlomba, setelah pembayaran rekomendasi teknis pada 2017 sebesar Rp356 miliar dicairkan,” ujarnya.
Bambang memastikan target penerbitan rekomtek 185 ribu hektare tahun ini akan mudah tercapai, karena saluran yang sebelumnya tersumbat sudah terbuka. Sumbatan yang ia maksud adalah belum adanya titik temu antara Direktorat Jenderal Perkebunan (Ditjenbun) dengan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit BPDP-KS selama ini.
“BPDP-KS ketika itu enggan mencairkan dana karena merasa punya tanggung jawab lebih pada keberhasilan program peremajaan kebun kelapa sawit. Jadi ada penambahan aturan di luar pedoman umum supaya dana yang disalurkan pasti berhasil,” jelas Bambang.
Menurutnya Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution telah memerintahkan agar BPDP-KS membayarkan secepatnya semua rekomtek. Sementara tanggung jawab fisik ada di Ditjenbun.
Selain keraguan pada pencairan pendanaan, faktor penghambat lainnya adalah petani masih belum tertarik dengan bantuan dana peremajaan sebesar Rp25 juta per ha karena dianggap terlalu kecil untuk menggarap lahan sekaligus memenuhi kebutuhan selama periode tidak berproduksi.
“Mereka masih bersikukuh tetap percaya pada pohon dari benih asalan meski cuma menghasilkan 1-2 TBS. Maka seiring proses replanting kami wajibkan petani untuk juga tanam jagung lewat tumpang sari,” tutur Bambang.
Oleh karena itu, Kementan memberikan benih jagung gratis untuk lahan replanting. Kombinasi antara peremajaan sawit rakyat dengan jagung ini diyakini mampu mendorong optimalisasi lahan pertanian produktif.
“Dengan model tumpang sari petani malah akan punya penghasilan yang tinggi dibanding sawit,” pungkas Bambang.