REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II atau Indonesia Port Corporation (IPC) menargetkan penambahan kapasitas ekspor minyak kelapa sawit (CPO) sebesar 5 juta ton pada 2019 dari Pelabuhan Teluk Bayur, Kota Padang, Sumatra Barat. Angka ini lebih besar dari realisasi ekspor CPO sepanjang tahun 2017 sebesar 2,5 juta ton atau angka proyeksi ekspor CPO sebesar 3 juta ton pada 2018 ini.
Peningkatan kapasitas ekspor CPO dilakukan untuk menggenjot industri pengolahan yang ada di Sumatra Barat, sekaligus menyambut pemulihan harga CPO yang sempat anjlok dalam beberapa tahun belakangan. General Manager PT Pelindo II cabang Teluk Bayur Armen Amir menyebutkan, peningkatan kapasitas ekspor CPO juga dilakukan untuk mengembalikan kejayaan Pelabuhan Teluk Bayur sebagai pelabuhan terbesar di pesisir barat Pulau Sumatra dan pelabuhan tertua kedua di Indonesia setelah Tanjung Priok.
"Lima perusahaan akan ikut MoU penambahan kapasitas ekpsor ini. Saat perekonomian Sumbar sempat jalan di tempat, naiknya angka ekspor diharapkan menjadi pemicu pertumbuhan," jelas Armen, Senin usai menyambut kunjungan Panglima Daerah Militer (Pangdam) I/ Bukit Barisan, Mayor Jenderal M Sabrar Fadhilah, Senin (12/11).
Selain menambah kapasitas tangki timbun, Pelindo II juga berniat memperdalam kolam, menambah panjang dermaga, dan memperpendek dwelling time. Panjang dermaga nantinya akan ditambah minimal 50 meter, dari panjang saat ini yakni 1,58 kilometer (km). Penambahan panjang dermaga juga merupakan permintaan dari PT Semen Padang yang sudah menjadi 'pelanggan' setia Pelabuhan Teluk Bayur sejak masih menyandang nama 'Emmahaven' pada masa kolonial.
"Kalau selama ini mungkin bawa 12 ribu (ton) butuh 3-4 hari (bongkar muat), kami percepat waktu sehingga kapal bisa datang. Kedalaman akan kami tambah sehingga kapal lebih besar. Dermaga kami perpanjang sehingga jumlah kapal kunjungan juga bertambah," kata Armen.
Pelindo II juga mendorong pemerintah untuk mengintegrasikan empat pelabuhan besar yang ada di provinsi tersebut, yakni Pelabuhan Teluk Bayur di Kota Padang, Pelabuhan Teluk Tapang di Kabupaten Pasaman Barat, dan dua pelabuhan yang ada di Kabupaten Kepulauan Mentawai. Integrasi keempat pelabuhan ini, ujar Armen, diyakini mampu menarik lebih banyak investor untuk menggarap potensi ekonomi di Sumbar, khususnya industri pengolahan.
"Sumbar punya infras pelabuhan yang besar dan Sumbar memiliki potensi komoditas ekspor," jelas Armen.
Sementara itu, Panglima Daerah Militer (Pangdam) I/ Bukit Barisan, Mayor Jenderal M Sabrar Fadhilah, mengaku siap memberikan dukungan penuh bagi Pelindo II terkait pengamanan di seluruh pelabuhan yang ada di Sumatra Barat, khususnya Pelabuhan Teluk Bayur. Fadhilah menyebutkan bahwa peningkatan ekspor melalui penambahan kapasitas pelabuhan secara tak langsung ikut mendorong perekonomian masyarakat. Karenanya, pihaknya siap ikut mengamankan pelabuhan sebagai salah satu urat nadi perekonomian sebuah wilayah.
"Dari sisi kami adalah keamanan. Menjadi hal utama karena dengan aman maka legal formal sudah tertata. Dengan aman maka menarik investor lebih banyak dan bisa mendorong ekonomi," katanya.
Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatra Barat mencatat bahwa ekpsor CPO dari Sumbar menguasai 67,15 persen keseluruhan ekspor industri pengolahan. Sementara produk karet berkontribusi terhadap 23,64 persen total ekspor industri pengolahan. Kondisi ini didukung oleh karakteristik aktivitas ekpsor Sumatra Barat yang juga didominasi oleh industri pengolahan, yakni sebesar 97,29 persen dari seluruh produk yang diekspor.
BPS juga merilis, golongan barang ekspor pada bulan September 2018 paling besar adalah lemak dan minyak hewan/nabati sebesar 104,03 juta dolar AS, diikuti oleh golongan karet dan barang dari karet sebesar 23,69 juta dolar AS.