REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Bidang Identifikasi Korban Bencana (DVI) RS Polri Kramat Jati Komisaris Besar Polisi Lisda Cancer mengatakan pihaknya telah melayani terapi hiperbarik (pemberian oksigen murni) untuk 38 penyelam yang mencari pesawat Lion Air PK-LQP JT 610. Dari jumlah tersebut, 32 orang diantaranya penyelam dari unsur Direktorat Polisi Air Udara (Polairud) dan enam sisanya dari relawan.
Menurut Lisda, pemberian terapi hiperbarik akan terus diberikan ke para penyelam, walaupun Badan SAR Nasional (Basarnas) telah menghentikan proses evakuasi dan pencarian pesawat secara terpusat sejak Sabtu (10/11) kemarin.
"RS Polri Tingkat I Raden Said Sukanto Kramat Jati telah membuka layanan hiperbarik ke para penyelam secara cuma-cuma sejak proses evakuasi dan pencarian pesawat dimulai pada 29 Oktober di Tanjung Pakis, Karawang," ujarnya, Senin (12/11).
RS Polri, lanjut Lisda, memberi layanan terapi hiperbarik ke para penyelam demi mencegah mereka terkena penyakit dekompresi pasca bertugas.
Sementara itu penanggung jawab Instalasi Hiperbarik RS Polri Tingkat I Raden Said Sukanto Kramat Jati, AKBP dr Karjana menyebut dekompresi biasanya terjadi jika penyelam turun dan naik ke permukaan secara mendadak.
"Kadar nitrogen dalam darah akan berikatan dengan gas dan menyumbat pembuluh darah, dan yang fatal, menyumbat organ dalam. Jika sudah tersumbat, penyelam dapat mati mendadak," paparnya.
AKBP dr Karjana melanjutkan, terapi hiperbarik, merupakan prosedur standar yang harus dilalui oleh penyelam, sebelum atau sesudah melakukan kegiatan di bawah permukaan laut. Prosedur standar itu, menurutnya, telah disepakati oleh dokter spesialis kelautan yang berpusat di RS Angkatan Laut Mintohardjo.