REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Merpati Nusantara Airlines tengah menunggu suntikan modal agar bisa beroperasi kembali. Saat ini, utangnya telah mencapai Rp 10,7 triliun.
Asetnya yang hanya sebesar Rp 1,2 triliun tidak sanggup untuk menopang maskapai BUMN ini. Sedangkan ekuitasnya minus hingga Rp 9 triliun.
PT Intra Asia Corpora menyatakan komitmennya untuk berinvestasi agar maskapai pelat merah itu dapat terbang kembali pada 2019. Terkait hal ini, Menteri Keuangan Sri Mulyani meminta rekam jejak perusahaan yang akan menyuntik modal ke Merpati.
Menurut Pengamat penerbangan dari Arista Indonesia Aviation Center (AIAC), Arista Atmadjati, kekhawatiran Sri Mulyani beralasan, karena PT Intra Asia Corpora memiliki rekam jejak yang buruk dalam industri penerbangan.
"Perusahan itu pengelola maskapai Kartika Airlines yang pernah bangkrut. Makanya wajar Sri Mulyani minta dicek dulu rekam jejaknya," ujar Arista kepada Republika.co.id, Senin (12/11).
Menurut Arista, perusahaan tersebut tidak memiliki permodalan yang kuat. Hal itu terbukti pada Kartika Airlines yang pernah mengalami kebangkrutan pada 2010 setelah berusaha membeli pesawat Sukhoi dari Rusia.
Dia bahkan menduga upaya perusahaan membeli Merpati ada kepentingan politik penerbangan. "Merpati disuntik ada syarat di belakangnya harus pakai Sukhoi, ada kepentingan politik penerbangan di belakangnya. Tapi Indonesia kan belum bisa menerima pesawat Rusia, kecuali militer," jelas Arista.
Meskipun begitu, kembalinya Merpati dalam industri penerbangan di Indonesia akan sangat disambut oleh para customer fanatik di daerah. Sebagai maskapai penerbangan perintis, Merpati sangat disukai oleh masyarakat di daerah wilayah Indonesia Tengah (WITA) dan wilayah Indonesia Timur (WIT).
Untuk itu, Merpati tidak disarankan untuk masuk ke pasar jet berat, karena sudah banyak kompetitor seperti Garuda Indonesia, Lion Air dan Sriwijaya Air.
"Saya sarankan pesawatnya kecil, kembali bermain di perintis. Kalau membuat market baru, terlanjur diisi maskapai lain. Agak berat dan sudah ketinggalan," kata Arista.