REPUBLIKA.CO.ID, Publik Indonesia dihebohkan dengan video viral calon wakil presiden nomor urut II, Sandiaga Salahuddin Uno yang berziarah ke makam KH Bisri Syansuri di Kompleks Makam Pesantren Denanyar, Jombang, Jawa Timur beberapa waktu lalu. Dalam video tersebut Sandi, begitu akrab disapa, melangkahi makam KH Bisri Syansuri.
Atas tindakannya tersebut, belakangan Sandi telah meminta maaf dan mengakui kesalahannya. Kendati demikian sikapnya tersebut menuai protes keras. Ketua DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Abdul Kadir Karding menilai tak pantas aksi Sandiaga Uno yang melangkahi makam ulama. Karding mengatakan, perilaku yang dilakukan calon wakil presiden nomor urut 02 itu merupakan tindakan yang tidak etis.
"Sangat tidak etis. Seseorang yang tidak pernah mondok sekali pun, melangkahi makam adalah tindakan yang tidak sopan," kata Abdul Kadir Karding di Jakarta, Senin (12/11).
Politisi yang juga kader Nahdlatul Ulama (NU) bahkan menilai Sandiaga tidak paham adab ziarah kubur. Dia mengatakan, jika Sandiaga paham adab tersebut, tentu dia akan bersikap sopan tanpa melangkahi makam, apalagi makam seorang ulama. "Kalau orang NU ziarah kubur itu dilakukan dengan tahlil," katanya.
Republika.co.id, mencoba menghubungi Pengasuh Pesantren Mambaul Maarif Denanyar, Jombang, Jawa Timur, KH Abdussalam Shohib, terkait insiden ini. Namun, beliau menyatakan enggan berkomentar lebih jauh.
Baca juga, Langkahi Makam, Duduk, dan Bersender di Atasnya, Bolehkah?
Siapakah sebenarnya KH Bisri Syansuri? Tokoh kelahiran Desa Tayu, Pati, Jawa Tengah 18 September ini adalah tokoh sentral dalam pergerakan Nahdlatul Ulama. Perannya tidak hanya sebagai pendiri tetapi poros utama bagi roda organisasi NU. Dia pernah menduduki puncak tertinggi kepemimpinan NU, yaitu rais aam pada 1972 menyusul meninggalnya KH Abdul Wahab Chasbullah.
Mbah Bisri, begitu akrab disapa di kalangan santri, merupakan salah satu sosok yang punya andil besar pula dalam proses berdirinya Republik Indonesia. Putra ketiga dari pasangan Syansuri dan Mariah ini pernah aktif sebagai anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) mewakili Masyumi, menjadi anggota Dewan Konstituante,dan aktif di partai masa Orde Baru sebagai ketua Majelis Syuro Partai Persatuan Pembangunan.
Mbah Bisri mendirikan Pesantren Mambaul Maarif di Denanyar Jombang, Jawa Timur. Di antara kekhasan pesantren ini adalah kecakapan dalam bidang fikih. Fikih merupakan disiplin ilmu yang sangat digeluti Mbah Bisri. Kepakarannya dalam ilmu fikih merupakan landasan kuat tidak hanya dalam kehidupan sehari-hari, tetapi juga dalam konteks hidup berbangsa dan bernegara.
Di antara jasa kakek Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, presiden keempat RI itu adalah, bersama sejumlah tokoh, Mbah Bisri merupakan salah satu tokoh di balik lolosnya Undang-Undang Perkawinan No 1 Tahun 1974. Ini merupakan undang-undang terpenting saat itu yang mengatur pernikahan.