Selasa 13 Nov 2018 12:15 WIB

Pembunuh Khashoggi: Katakan ke Bos Misi Telah Selesai

Times menduga bos dimaksud adalah Pangeran MBS.

Rep: Marniati/ Red: Teguh Firmansyah
Jamal A. Khashoggi,
Foto: Al-Ahbar Al-Arab
Jamal A. Khashoggi,

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Seorang anggota tim pembunuh jurnalis Saudi Jamal Khashoggi diketahui melakukan komunikasi via telepon kepada orang terdekat Putra Mahkota Pangeran Muhammad bin Salman (MBS). Komunikasi dilakukan tak lama setelah Khashoggi dibunuh.

Tim pembunuh itu meminta orang terdekat MBS agar menyampaikan ke 'Sang Bos' bahwa tim telah selesai melakukan misi mereka. "Katakan ke Bos Anda," ujar pembunuh tersebut. 

Baca Juga

Seperti dilansir New York Times, Selasa ,(13/11), laporan itu diperoleh dari tiga narasumber  yang mengetahui rekaman pembunuhan  Khashoggi yang dimiliki oleh intelijen Turki.

Rekaman, dibagikan bulan lalu kepada  Direktur CIA Gina Haspel. Ini dipandang oleh para pejabat intelijen sebagai  bukti terkuat yang mengaitkan MBS dengan pembunuhan Khashoggi.

Walaupun nama MBS  tidak disebutkan secara langsung dalam rekaman itu, namun para pejabat intelijen AS percaya bahwa kalimat "bos Anda" adalah referensi untuk MBS.

Panggilan telepon dilakukan oleh Maher Abdulaziz Mutreb. Ia adalah salah satu dari 15 orang Saudi yang dikirim ke Istanbul untuk membunuh Khashoggi. Mutreb berbicara dalam bahasa Arab saat melakukan komunikasi itu.

Baca juga, Rekaman Suara Ungkap Kalimat Terakhir Khashoggi.

Petugas intelijen Turki telah mengatakan kepada pejabat AS bahwa mereka percaya Mutreb, anggotan keamanan  yang sering bepergian dengan MBS sedang berbicara dengan salah satu pembantu pangeran.

Pangeran MBS tidak secara khusus disebutkan dalam rekaman itu. Para pejabat intelijen juga tidak memiliki keyakinan yang pasti bahwa  Mutreb merujuk kepada MBS.

Dalam sebuah pernyataan pada  Senin, para pejabat Saudi membantah bahwa MBS mengetahui rencana pembunuhan Khashoggi. Ini mengacu pada instruksi  Mutreb dalam rekaman itu. 

Saudi mengatakan, Turki telah mengizinkan dinas intelijen Saudi untuk mendengarkan rekaman tersebut.  Namun tidak ada kalimat yang merujuk pada Pangeran MBS.

Turki kemungkinan belum membagikan detil rekaman secara penuh. Pihak berwenang Turki diyakini membagikan rekaman secara selektif.

Panggilan telepon itu adalah bagian dari rekaman yang diputar pejabat Turki untuk  Dirut CIA Haspel selama kunjungannya  ke Ankara Oktober lalu.

Tetapi Turki tidak mengizinkan Haspel membawa rekaman itu  ke AS. Pada Sabtu, Presiden Recep Tayyip Erdogan  mengumumkan bahwa pemerintahannya telah membagikan rekaman audio pembunuhan itu kepada  Arab Saudi, AS dan sekutu Barat lainnya.

Namun Turki belum menyerahkan rekaman itu untuk analisis independen. "Turki berbagi bukti  kasus Khashoggi dengan sejumlah besar negara sahabat," kata juru bicara Erdogan, Fahrettin Altun, pada  Senin.

Menanggapi kritik Prancis atas penanganan Turki dalam kasus tersebut,  Altun mengatakan, pemerintah Turki telah memutar rekaman audio untuk para pejabat intelijen Prancis dan memberi mereka transkripnya.

"Janganlah kita lupa bahwa kasus ini sudah tertutupi jika bukan karena upaya keras Turki, ”kata Altun.

Juru bicara CIA menolak berkomentar. Sementara itu, Gedung Putih masih berupaya untuk mempertahankan hubungannya dengan putra mahkota. Namun jika kian banyak banyak bukti yang mengaitkan MBS, maka tekanan Gedung Putih akan semakin meningkat.

MBS telah membina hubungan erat dengan menantu presiden dan penasihat senior presiden, Jared Kushner. Pemerintahan Trump juga telah menjadikan Arab Saudi menjadi mitra Arab paling penting di Washington.

Beberapa penasihat Trump berpendapat bahwa mereka  membutuhkan bukti yang tak terbantahkan tentang keterlibatan MBS dalam pembunuhan  Khashoggi. Ini diperlukan sebelum Washington memutuskan sanksi keras pada kerajaan.

Para pejabat Turki mengatakan rekaman itu berisi bukti pembunuhan berencana. Agen Saudi dengan cepat mencekik  Khashoggi dan secara kejam memutilasi tubuhnya dengan gergaji tulang.

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement