REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan, ada 190 ribu orang di Provinsi Riau hidup tanpa pekerjaan atau pengangguran. Jumlahnya mengalami peningkatan 8.240 orang dibandingkan setahun lalu.
Berdasarkan data BPS Provinsi Riau, jumlah tersebut berdasarkan hasil perhitungan pada Agustus 2018. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Riau mencapai 6,2 persen dari jumlah angkatan kerja per Agusuts 2018 yang sebanyak 3,11 juta orang.
"TPT turun menjadi 6,20 persen dari 6,22 persen pada Agustus 2017," kata Kepala BPS Riau Aden Gultom, Selasa (13/11).
Dilihat dari tingkat pendidikan, TPT untuk sekolah menengah kejuruan (SMK) masih mendominasi di antara tingkat pendidikan lain, yaitu sebesar 10,66 persen. TPT tertinggi berikutnya terdapat pada sekolah menengah atas (SMA) sebesar 9,44 persen. Dengan kata lain, ada penawaran tenaga kerja yang tidak terserap, terutama pada tingkat pendidikan SMK dan SMA.
"Mereka yang berpendidikan rendah cenderung mau menerima pekerjaan apa saja, dapat dilihat dari TPT SD ke bawah paling kecil di antara semua tingkat pendidikan, yaitu sebesar 2,97 persen," katanya.
Dibandingkan kondisi setahun yang lalu, lanjutnya, peningkatan TPT hanya terjadi pada tingkat pendidikan Universitas. Sedangkan, TPT pada tingkat pendidikan lainnya menurun.
Dilihat dari daerah tempat tinggalnya, TPT di perkotaan tercatat lebih tinggi dibanding di perdesaan. Pada Agustus 2018 TPT di wilayah perkotaan sebesar 8,87 persen, sedangkan TPT di perdesaan hanya sebesar 4,41 persen. Dibandingkan setahun yang lalu, TPT di perkotaan mengalami penurunan sebesar 0,38 poin, sedangkan TPT perdesaan meningkat sebesar 0,21 poin.
BPS mencatat, ada kenaikan 140 ribu orang pada angkatan kerja di Riau pada tahun ini. Dari seluruh angkatan kerja yang ada 3,11 juta orang, ada 2,92 juta orang penduduk Riau yang sudah bekerja. Dibanding setahun yang lalu, jumlah penduduk bekerja bertambah 135 ribu orang.
Sejalan dengan naiknya jumlah angkatan kerja, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Provinsi Riau juga meningkat. TPAK pada Agustus 2018 tercatat sebesar 65,23 persen, meningkat 1,23 poin dibanding setahun yang lalu. "Kenaikan TPAK memberikan indikasi adanya kenaikan potensi ekonomi dari sisi pasokan tenaga kerja," katanya.
Berdasarkan jenis kelamin, terdapat perbedaan TPAK antara laki-laki dan perempuan. Pada Agustus 2018 TPAK laki-laki sebesar 83,77 persen sedangkan TPAK perempuan hanya sebesar 45,66 persen. Dibandingkan dengan kondisi setahun yang lalu, TPAK laki-laki dan perempuan masing-masing meningkat sebesar 0,32 poin dan 2,2 poin.