REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) Sutrisno Bachir menyatakan harapannya agar Ma'ruf Amin menjadi Wakil Presiden RI periode selanjutnya. Hal itu diutarakan Sutrisno saat memberikan testimoni dalam peluncuran buku "Arus Baru Ekonomi Indonesia", yang berisi pokok-pokok pikiran ekonomi Ma'ruf Amin, di Jakarta, Selasa (13/11) malam.
"Mudah-mudahan Wapres mendatang Kiai Ma'ruf Amin, karena pikirannya sudah sejalan dengan KEIN," ujar Sutrisno Bachir.
Sutrisno yang juga menulis kata pengantar dalam buku itu mengatakan, KEIN sudah melakukan studi dua tahun, dan menemukan "Indonesia Emas 2045" bisa dicapai apabila terjadi satu arus baru. Arus baru yang dimaksud KEIN adalah rakyat Indonesia, yakni bagaimana umat Islam sebagai mayoritas, bisa berperan aktif mengisi pembangunan ekonomi.
"Bagaimana santri di pesantren dididik kewirausahaan. Sehingga ketika keluar dari pesantren bukan hanya ilmu agama yang dipahami tapi juga persoalan-persoalan kewirauaahaan," ujar dia.
Lebih jauh dia mengatakan KEIN juga merekomendasikan agar wapres mendatang diberikan tugas menangani masalah-masalah Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, karena Presiden sudah memiliki tugas yang begitu banyak. Menurut dia, Wapres dapat diberikan tugas mengkoordinasikan masalah-masalah UMKM.
Dalam sambutannya, Ma'ruf menyampaikan rasa terima kasihnya kepada para penulis yang telah merangkum pokok pikirannya dalam sebuah buku. "Saya ucapkan terima kasih kepada organisasi Garda Matahari yang me-launching buku pemikiran saya tentang arus baru ekonomi Indonesia," kata Ma'ruf.
Dia mengatakan, meski sering berbicara soal ekonomi, dirinya tidak akan menjadi ekonom. Ma'ruf mengaku akan tetap menjadi kiai yang merupakan predikat yang telah disandangnya sejak lama.
Mengenai Arus baru Ekonomi Indonesia, dia mengatakan, selain hasil renungan pribadinya, gagasan itu juga merupakan hasil diskusi dirinya dengan banyak pihak yang memiliki keprihatinan terhadap kondisi ekonomi nasional. "Termasuk diskusi saya dengan pak Jokowi. Beliau menyampaikan kepada saya, ingin mengubah ekonomi masyarakat. Kalau di Malaysia itu namanya Bumiputera, yang kemudian menjadi 'economy policy Mahathir'," jelas Ma'ruf.