REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sutradara Indonesia Nurman Hakim mengungkap esensi sebuah film bergenre biopik atau biopic (biographical motion picture) adalah tafsiran profesional pembuat film terhadap seorang tokoh. "Film biopik adalah film menceritakan kehidupan seorang tokoh yang ditafsir oleh pembuat filmnya. Bagaimana dia melihat satu sisi atau banyak sisi dari kehidupan itu," ujar Nurman, Selasa malam (13/11).
Dia menjelaskan tafsiran itu merupakan hal yang wajar dan sah-sah saja, kendati pihak lain atau penonton tidak setuju dengan tafsiran versi sang pembuat film tersebut. "Ini persoalan persepsi atau perspektif," ujar sutradara tersebut setelah menghadiri konferensi pers Borobudur Writers and Cultural Festival.
Nurman mengambil contoh Schindler's List dimana sutradaranya Steven Spielberg yang mengisahkan pengusaha bernama Oskar Schindler yang berupaya menyelamatkan ribuan orang Yahudi dari kekejaman Nazi Jerman saat Perang Dunia II. Film ini menurut Nurman hanya menceritakan fase upaya penyelamatan yang dilakukan oleh Schindler.
"Misalnya kita ingin tahu tentang tokoh si A, apakah kita harus tahu dari fase kelahirannya hingga dia meninggal karena untuk sebuah film hal ini tidak memungkinkan. Tinggal kita cari mana fase yang terpenting dalam kehidupannya yang akan merepresentasikan seluruh fase kehidupan tokoh tersebut," katanya.
Nurman juga menambahkan film bergenre biopik banyak terjebak pada persoalan kronologi. Kronologi yang dimaksud adalah menceritakan kehidupan seseorang dari masa kanak-kanak hingga pada akhirnya meninggal sehingga membuat film menjadi tidak fokus.