REPUBLIKA.CO.ID, Pada 16 November 1988, Benazir Bhutto terpilih sebagai perdana menteri Pakistan. Kandidat populis tersebut merupakan putri mantan pemimpin Pakistan, Zulfikar Ali Bhutto.
Saat itu, warga Pakistan memilih dalam pemilu terbuka pertama mereka dalam lebih dari satu dekade. Benazir Bhutto merupakan pemimpin perempuan pertama dari negara Muslim dalam sejarah modern.
Seperti dilansir History, setelah Jenderal Mohammed Zia-ul-Haq merebut kekuasaan di Pakistan dalam kudeta militer pada 1977, Zulfikar Bhutto diadili dan dieksekusi atas tuduhan memerintahkan pembunuhan pada 1974. Benazir Bhutto ikut menjadi tahanan rumah selama tujuh tahun berikutnya.
Pada 1984, Benazir Bhutto melarikan diri ke Inggris. Ia mengepalai mantan partai pengusung ayahnya, Pakistan People’s Party (PPP).
Pada 1988, Presiden Zia tewas bersama duta besar Amerika Serikat (AS) untuk Pakistan dalam sebuah kecelakaan pesawat misterius, sehingga meninggalkan kekosongan kekuasaan. Bhutto kemudian kembali ke Pakistan dan meluncurkan kampanye nasional untuk pemilu terbuka.
Dalam pemilu 16 November, PPP yang mengusung Bhutto memenangkan suara mayoritas di Majelis Nasional. Pada 1 Desember Bhutto menjabat sebagai perdana menteri Pakistan. Pemerintahannya jatuh pada 1990, tetapi dari 1993 hingga 1996 ia kembali menjabat sebagai pemimpin Pakistan.