Jumat 16 Nov 2018 15:08 WIB

Dana Desa Harus Memberi Kontribusi Nyata

Saat ini Indonesia dikategorikan sebagai negara yang terjebak pendapatan menengah.

Advisor Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Aviliani saat menjadi narasumber Forum Group Discussion bertajuk Membangun Sistem Pengelolaan Keuangan Desa yang Memberdayakan, di Manado.
Foto: Kemendes PDTT
Advisor Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Aviliani saat menjadi narasumber Forum Group Discussion bertajuk Membangun Sistem Pengelolaan Keuangan Desa yang Memberdayakan, di Manado.

REPUBLIKA.CO.ID, MANADO -- Kucuran Dana Desa harus mampu memberikan kontribusi nyata terhadap pengembangan produk unggulan kawasan perdesaan (Prukades) di suatu wilayah. Jika berbagai Prukades bisa menjadi komoditas ekspor maka akan mendorong Indonesia keluar dari jebakan pendapatan kelas menengah (middle income trap).

Saat ini Indonesia dikategorikan sebagai negara yang terjebak dalam pendapatan menengah. Salah satu indikatornya adalah pendapatan per kapita penduduk Indonesia yang berkisar di angka 3.900 dolar Amerika Serikat per tahun. Dibutuhkan kerja keras agar pendapatan per kapita penduduk meningkat, salah satunya melalui peningkatan nilai ekspor.

“Ancaman middle income trap bisa dicegah melalui kontirbusi dari level desa dan kabupaten dalam menggerakan ekspor,” ujar Advisor Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Aviliani saat menjadi narasumber Forum Group Discussion bertajuk Membangun Sistem Pengelolaan Keuangan Desa yang Memberdayakan, di Manado, Kamis (15/11), seperti dalam siaran pers.

Dia menjelaskan salah satu faktor yang membuat Indonesia terancam dalam jebakan negara dengan pendapatan menengah karena defisit neraca berjalan (current account). Agar terjadi surplus current account maka nilai ekspor harus ditingkatkan sehingga memberikan kontribusi terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi yang saat ini hanya berkisar di angka lima persen.

“Berbagai produk unggulan dari sektor pertanian dan perkebunan di desa-desa bisa menjadi produk ekspor jika dikelola dengan benar,” katanya.

Ekonom senior ini mengatakan sektor pertanian saat ini masih menjadi salah satu penyangga utama dari pendapatan domestik bruto (PDB) Indonesia. Hanya saja perlu pendekatan baru agar tata kelola sektor pertanian di Indonesia mampu berkontribusi terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi di Tanah Air. Pendekatan baru itu salah satunya dengan klasterisasi wilayah produk unggulan untuk meningkatkan skala ekonomi (Economic of Scale) produk tersebut.

“Selama ini produk pertanian tidak dilirik kalangan usaha karena mempunyai skala ekonomi kecil, jika ada klasterisasi produk berdasarkan wilayah tentu akan memperbesar skala ekonomi produk tersebut sehingga bisa mengundang investor untuk mengucurkan modal,” katanya.

Aviliani menilai saat ini dibutuhkan kerja sama antara stakeholder untuk meningkatkan skala ekonomi produk dari desa. Kerja sama antara pemerintah, petani, dan kalangan usaha akan berpotensi menjadikan produk unggulan di kawasan perdesaan bisa menjadi komoditas ekspor.

“Adanya dana desa harus dimanfaatkan oleh masyarakat salah satunya dengan mengunakannya untuk memperbesar skala ekonomi produk unggulan pertanian mereka. Jika  ada kolaborasi yang baik antara pemerintah, masyarakat, dan kalangan usaha dalam mendorong produk dari desa jadi komoditas ekspor, kami yakin Indonesia akan mampu keluar dari jeratan middle income trap ini,” katanya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement