REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Anggota parlemen Jepang telah memberi reaksi tidak percaya setelah menteri keamanan siber yang baru di negara itu, Yoshitaka Sakurada, mengakui bahwa dirinya tidak menggunakan komputer. Ia diangkat sebagai wakil kepala kantor strategi keamanan siber bulan lalu. Namun, ia membuat pengakuan yang mengherankan selama pertemuan komite DPR dengan para anggota parlemen.
Menteri yang berusia 68 tahun itu mengatakan, dia tidak pernah menggunakan komputer. Sakurada menjelaskan, sejak ia berusia 25 tahun telah mendapat posisi yang berwenang, di mana sekretaris dan karyawan lainnya menangani tugas-tugas tertentu untuk dirinya.
Ketika ditanya bagaimana dia akan dapat melindungi Jepang dari serangan siber, Sakurada mengatakan, kebijakan tidak diputuskan oleh dirinya saja. Tetapi secara bersama.
"Kebijakan diputuskan secara luas oleh sejumlah orang di kantor dan pemerintah nasional, dan saya yakin tidak akan ada masalah," katanya di media lokal, Asahi Shimbun, yang dikutip dari laman The Week.
Dia juga tampak bingung ketika ditanya mengenai keamanan drive USB yang diadakan di fasilitas nuklir. Para anggota parlemen malah menertawakan jawabannya yang saat itu disiarkan secara langsung oleh salah satu televisi nasional Jepang.
Kurangnya kemampuan Sakurada dalam bidang komputer telah membingungkan dan mengejutkan banyak orang Jepang. Termasuk kolega parlemen yang menanyai Sakurada mengenai pengalaman komputernya.
"Ini mengejutkan saya bahwa seseorang yang bahkan tidak menyentuh komputer bertanggung jawab untuk berurusan dengan kebijakan keamanan dunia maya," kata perwakilan Partai Demokrat, Masato Imai.
Setelah menghabiskan 22 tahun di parlemen Jepang tanpa kabinet singkat, bulan Oktober 2018 lalu Sakurada diangkat sebagai wakil kepala keamanan siber dan menteri yang bertanggung jawab untuk menyelenggarakan Olimpiade Musim Panas Tokyo 2020.
Selain itu, kinerja Sakurada dalam portofolio lainnya pun hampir tidak memuaskan. Dalam satu rapat komite, dia secara keliru mengatakan kepada para menteri bahwa Olimpiade Musim Panas Tokyo 2020 akan menelan biaya sebesar 1.500 Yen. Padahal angka sebenarnya adalah sebanyak 150 miliar Yen. Selama konferensi pers untuk olimpiade tersebut, Sakurada juga sering menjawab, 'saya tidak tahu.'