REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rukuk merupakan salah satu rukun dalam shalat. Rukuk yang memiliki akar kata raka'ah bernilai satu rakaat dalam shalat. Seorang makmum yang tertinggal dalam shalat dan masih bisa mengejar hingga imam rukuk, dia tidak perlu mengulangi rakaat shalatnya.
Rukuk dilakukan seraya bertakbir dengan mengangkat kedua tangan sampai sejajar dengan ke dua pundak atau telinga. Kepala diposisikan sejajar dengan punggung dan kedua tangan di kedua lutut dengan jemari merenggang.
Dr Sa'id bin 'Ali bin Wahf al- Qafthani dalam Ensiklopedia Shalat menjelaskan, Rasulullah SAW diam sejenak setelah selesai membaca ayat-ayat suci Alquran. Beliau diam dan menghela napas sehingga bacaan tidak bersambungan dengan rukuk. Namun, diam nya Rasulullah SAW berbe da dengan saat diam sebelum mem baca al-Fatihah. Ketika itu, Nabi SAW membaca doa istiftah.
Posisi rukuk Nabi SAW benar-benar sempurna. Dari Wabishah bin Ma'bad Ra, dia pernah menyaksikan Rasulullah SAW mengerjakan shalat. Jika rukuk, dia meluruskan punggungnya sehingga jika air dituangkan di atasnya akan tetap bertahan di atasnya karena sangat lurus. Abu Hamid as-Sa'idi menjelaskan, dia berkata kepada beberapa orang dari para sahabat Nabi.
Dia melihat beliau jika bertakbir mengangkat kedua tangannya sampai sejajar dengan kedua pundaknya. Jika rukuk, dia menempatkan keduatangannya di kedua lututnya (dan merenggang kan jemarinya) kemudian beliau membungkukkan punggungnya.
Dalam lafaz lainya disebutkan, "Kemudian rukuk dan meletakkan kedua tangannya di atas lu tutnya. Seakan-akan beliau meng genggam keduanya. Kemu dian beliau membuat tangan be liau seperti busur panah. Lalu, ke dua tangan itu merenggang (men jauh) dari kedua lambungnya (membentuk busur)."
Nabi SAW tumakninah dalam rukuknya. Ini berdasarkan pada ung kapan Hudzaifah kepada se seorang yang tidak sempurna dalam rukuk dan sujud. Dia ber kata kepada orang itu. "Kamu be lum shalat. Jika kamu mati, kamu mati dalam keadaan tidak fitrah yang (padanya) Allah menciptakan Muhammad."