REPUBLIKA.CO.ID,JOHANNESBURG--''Assalamualaikum, where are you from, brother?'' sapa seorang lelaki tua di halaman mesjid Bosmont, saat menunaikan sholat Jumat di Mesjid Bosmont, Johannesburg.
Lelaki tua itu hanyalah satu dari sekian banyak jamaah yang dengan ramah menyapa penulis, yang mungkin tampak berbeda dibanding jemaah lain yang rata-rata berkulit hitam. Menunaikan ibadah shalat Jumat dan berada di tengah komunitas masyarakat Islam di Johannesburg memberikan suasana lain dibandingkan saat berada di Tanah Air.
Usai sholat Jumat dengan khotbah yang disampaikan dalam bahasa Inggris, beberapa orang, baik yang tua maupun muda secara bergantian mengulurkan tangan untuk bersalaman saat penulis berjalan hendak keluar mesjid. Apa yang tertangkap dari pandangan mata mereka adalah keinginan untuk lebih mengenal atau sekadar menyampaikan salam hangat kepada sesama Islam yang datang dari jauh.
Sebelumnya, usai mengikuti sholat Jumat di komplek Stadion Soccer City, seorang lekaki yang tampaknya salah satu panitia yang mengkoordinasikan sholat tersebut, langsung memberikan penulis sebuah voucher untuk makan siang begitu mengetahui bahwa tamu yang datang berasal Indonesia. ''Ini voucher makan siang untuk Anda, nanti ditukar di restoran disebelah sana,'' kata pria tersebut sambil menunjuk ke arah restoran bertuliskan "Halal Food".
Untuk mengakomodasi umat Islam yang berada di Johannesburg dan kota-kota tuan rumah Piala Dunia lainnya, masyarakat Islam Afrika Selatan memang sudah menyiapkan berbagai fasilitas khusus, seperti makanan halal dan tempat sholat. Bahkan masyarakat secara khusus membentuk kepanitiaan yang bernama South Afrika (SA Muslims 2010) untuk melayani tamu Piala Dunia 2010. Mereka bahkan mengeluarkan sebuah buku panduan khusus untuk tamu beragama Islam yang berisi semua informasi yang berhubungan dengan kebutuhan sesama umat Islam, yaitu lokasi mesjid, restoran halal, dan jadwal waktu sholat.
Di sekitar komplek Stadion Soccer City, SA Muslims 2010 juga mendirikan tempat sholat Jumat dengan luas setengah lapangan sepak bola. Menjelang pembukaan Piala Dunia 2010 pada 11 Juni lalu yang kebetulan jatuh pada Jumat, sholat Jumat bahkan dilakukan dua kali karena banyaknya jemaah. ''Orang Islam di Afrika Selatan ini pada umumnya sangat respek dengan orang Indonesia, mungkin karena Indonesia adalah negara dengan penduduk beragama Islam terbesar di dunia,'' kata Prihardjono, pelatih silat Indonesia yang sudah enam bulan berada di Johannesburg.
Keramahan masyarakat Islam di Johannesburg juga ditunjukkan dalam kehidupan sehari-hari, seperti yang ditunjukkan oleh Isak, seorang pria asal Somalia, penjaga toko di kawasan Bosmont. Kekhawatiran yang sempat timbul melihat perawakan Isak yang cukup sangar, tubuh hitam, dan tinggi besar itu, langsung hilang setelah ia mengucapkan assalamualaikum saat pertama kali berkunjung ke tokonya.
''Dari Indonesia ya, bagaimana kabarnya Abubakar Baasyir?,'' tanya Isak yang ternyata mengikuti perkembangan di Indonesia.
Bahkan Isak kemudian bertanya mengapa orang Indonesia tidak banyak yang berbisnis dengan Afrika Selatan, jika dibandingkan dengan negara-negara lainnya. ''Negara-negara lain seperti Cina, Thailand, dan Vietnam mengirim barang mereka untuk dijual di sini, mengapa Indonesia tidak?'' tanyanya lagi.
Kemal Yasar, seorang pria berusia 45 tahun keturunan Albania juga memberikan perhatian yang sangat besar kepada rombongan wartawan Indonesia selama berada di Johannesburg. Hampir setiap hari pria yang menguasai berbagai ilmu bela diri tersebut selalu menelepon penulis hanya untuk sekadar menanyakan posisi dan kabar apakah mendapatkan kesulitan selama melakukan tugas. Dalam Islam semua menjadi saudara, meski berbeda warna kulit, negara, atau pun bahasa.