REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Pelatih tim nasional (timnas) Inggris Gareth Southgate menyinggung potensi rasisme pada Piala Dunia 2018. Sebelumya bek kanan timnya, Danny Rose, melarang keluarga ke Rusia demi menghindari hal tersebut.
Rose bukan menunjukkan ketakutan berlebihan. Pada Oktober 2012, ia mengalami pelecehan rasial saat memperkuat timnas Inggris U-21 di Serbia.
Pada Maret 2018, FIFA menghukum Rusia 22 ribu poundsterling. Penyebabnya, penggemar Negeri Beruang Merah melantunkan nyayian rasis saat timnya beruji coba melawan Prancis.
"Ini sangat menyedihkan. Orang tidak bisa diperlakukan demikian hanya karena berbeda warna kulit atau agama yang mereka percayai," kata juru taktik 47 tahun mengutip dari Sky Sport, Kamis (7/6).
Jika sampai terjadi lagi, menurut Southgate, itu tidak bisa diterima. Ia memahami bisa saja ada yang meninggalkan lapangan.
Hal tersebut bakal berdampak pada perjuangan pemain yang telah susah payah meraih tiket ke Piala Dunia. Ia melihat ada sebuah masalah yang harus dihadapi. Jangan sampai penyelesaiannya menghilangkan mimpi pasukannya berlaga di event tersebut. "Ini keseimbangan yang sangat sulit. Sulit bagi kami untuk mendapatkan yang paling benar," ujar Southgate.
Presiden FIFA Gianni Infantino menjamin kekhawatiran Southgate tidak akan terjadi. Ia memastikan Rusia 100 persen siap menjadi tuan rumah Piala Dunia 2018. Fokus Rusia bebas dari rasisme, penguatan keamanan, dan menciptakan kondisi nyaman untuk pemain dan penggemar.