REPUBLIKA.CO.ID, Laporan wartawan Republika, Citra Lystia Rini dari Rusia
MOSKOW -- Piala Dunia 2018 sudah di depan mata. Rusia menyatakan sudah bersiap diri menjadi tuan rumah turnamen sepak bola empat tahunan tersebut. Citra negeri tertutup tampaknya sudah tidak terlalu terlihat di negeri Beruang Merah.
Saya merasakan langsung keterbukaan dari warga Rusia. Setibanya di Moskow, Selasa (12/6) petang waktu setempat, kesan warga penduduk ibu kota yang ramah terlihat jelas hampir di setiap wajah penduduk Moskow. Jauh sekali kesan dingin dan tertutup yang selama ini melekat di diri warga Rusia.
Setidaknya saya rasakan mulai dari sikap petugas imigrasi di Bandara Internasional Sheremetyevo, Moskow. Bahkan, terdapat satu loket yang memberikan akses khusus bagi fan dan awak media yang datang ke Rusia untuk menyaksikan Piala Dunia 2018. Antrean panjang yang mengular boleh dibilang sedikit terurai karena ada loket khusus akreditasi ini.
Seusai pengecekan paspor dan visa, satu kelompok penyanyi jalanan yang beratribut pakaian tradisional khas Rusia menyambut para tamu di Bandara Internasional Sheremetyevo. Meski saya tidak paham apa yang mereka nyanyikan, tapi nyanyian dan gerakan mereka cukup menghilangkan penat setelah terbang selama hampir 15 jam. Dengan rincian hampir 5 jam dari Jakarta menuju Hong Kong dan 9 jam 26 menit dari Hong Kong menuju Moskow.
Bingung mencari metro dan bus di area bandara, akhirnya saya memutuskan naik taksi. Lokasi pusat kota dari bandara cukup jauh. Namun, sopir taksi yang ramah membuat perjalanan tidak membosankan. Meski tidak bisa berbicara dalam Bahasa Inggris, sopir yang bernama Carlo itu tetap berusaha menjawab pertanyaaan saya dengan ramah. Kamus online pun menjadi penolong selama pembicaraan kami berlangsung.
Saya turun di Stasiun Metro Belorusskaya yang menjadi destinasi pertama. Sambil membawa koper, saya menuju loket pembelian tiket menuju Stasiun Metro Varshavsky. Bingung dan takut salah naik metro, saya coba bertanya ke warga setempat. Beruntung seorang wanita muda berparas cantik seperti petenis Maria Sharapova membantu saya. Dengan Bahasa Inggris seadanya dia menunjukkan arah dan metro yang menuju Stasiun Varshavsky.
Setibanya di Stasiun Metro Varshavsky, saya kembali dilanda kebingungan karena miskinnya penunjuk arah. Namun, lagi-lagi keramahan warga Moskow kembali saya dapatkan. Dua pemuda membantu mencarikan lokasi tempat penginapan saya. Lucunya mereka tidak bisa berbahasa Inggris. Lagi-lagi kamus online menjadi kuncian saya berbicara dengan gaya Tarzan.
Sesekali kami tertawa karena sulitnya berkomunikasi. Hampir dua puluh menit berputar-putar ternyata sulit juga mencari lokasi penginapan saya. Sudut kota Moskow yang mulai menggelap pun membuat saya sedikit khawatir. Beruntung tempat penginapan yang dicari akhirnya ditemukan. Saya pun mengucapkan terima kasih kepada dua pemuda itu.
Pemilik tempat penginapan juga tidak kalah ramahnya. Wanita paruh baya bernama Zoya itu mengurus segala keperluan saya. Ya, meskipun dia tidak bisa berbahasa Inggris, tapi tidak menghalanginya untuk tetap bersikap ramah dan terbuka terhadap saya. Begitulah kesan keramahan dan keterbukaan warga negeri Beruang Merah yang saya rasakan setibanya di Moskow.
Nantikan laporan saya berikutnya seputar Piala Dunia 2018.
Ikuti info menarik seputar Piala Dunia 2018 di: Instagram @Republikbola37, Twitter @Republikbola37 dan Facebook @Republikbola37