REPUBLIKA.CO.ID,LONDON/ST PETERSBURG -- Ajang Piala Dunia seharusnya menyatukan orang-orang menjadi lebih intim. Namun, salah satu stasiun penyiaran yang dimiliki Qatar justru dituding terkontaminasi kegiatan politik.
Dilansir Arab News pada Ahad (17/6), stasiun penyiaran BeIN Sport yang memiliki hak menyiarkan pertandingan turnamen Piala Dunia 2018 di Timur Tengah dan Afrika Utara, dituduh melanggar standar penyiaran dengan mempolitisasi liputan turnamen sepak bola. Sejumlah ahli hukum mengusulkan agar FIFA melakukan penyelidikan ihwal alasan penyiar membawa masalah politik dalam komentar pertandingan Piala Dunia.
Komentator lain juga menunjukkan, BeIN mengambil sikap politik yang sangat berbeda pada Arab dan Inggris. Alih-alih memberi kritik terhadap kinerja para pemain bola, komentator BeIN dengan berani mengkritik Arab Saudi di acara siaran sepak bola.
Qatar berada di tengah-tengah perselisihan diplomatik selama setahun dengan Kerajaan Arab Saudi. Dalam satu siaran BeIN, seorang komentator menuduh Arab Saudi menjual Palestina.
Liputan Piala Dunia oleh BeIN Sport, tidak dapat diakses di Arab Saudi. Ketua Otoritas Umum Olahraga Kerajaan (GSA) Turki Al-Asheikh mengancam melakukan tindakan hukum. "Tindakan hukum yang diperlukan akan diambil sehubungan dengan kesalahan BeIN terhadap KSA, olahraga dan pejabat, dan untuk mengeksploitasi olahraga untuk mencapai tujuan politik," kata Al-Asheikh pada akun Twitter pribadinya. "Ini membuktikan sikap asli Saudi ketika melarang jaringan ini mengudara di tanahnya."
Liputan BeIN Sport tentang pertandingan pembukaan Piala Dunia, saat Arab Saudi kalah 0-5 dari tuan rumah, Rusia mengundang komentar negatif. Penampilan buruk Arab Saudi dalam pertandingan itu ditutupi media di Kerajaan Arab. Bahkan, Al-Asyikh mengambil tanggung jawab penuh atas kekalahan tim nasional Arab Saudi pada pembuka Piala Dunia 2018.