REPUBLIKA.CO.ID, NYON -- Presiden UEFA Aleksander Ceferin menyebut perjalanan Kroasia menuju final Piala Dunia 2018 sebagai keajaiban. Ia mengklaim kiprah Luka Modric dkk sebagai refleksi upaya UEFA mengembangkan sepak bola ke seantero benua,
Dengan populasi penduduk sebanyak 4,2 juta jiwa pada 2016, Kroasia adalah negara terkecil yang mampu mencapai pertandingan puncak sejak Uruguay pada 1950. Ceferin senang melihat negara-negara kecil mendapat sorotan di panggung global.
Kroasia, yang menembus empat besar pada Piala Dunia 1998, menghadapi juara pada tahun itu, Prancis, dalam pertandingan final pada Ahad (15/7).
"Ini jelas merupakan hal yang bagus dan kembali membuktikan pekerjaan bagus yang dilakukan sepak bola Eropa," kata Ceferin kepada televisi Russia Today saat diwawancarai, Sabtu (14/7).
Ia mengatakan bagi negara berpenduduk empat juta orang, merupakan keajaiban untuk dapat masuk ke final Piala Dunia. Kroasia, kata dia, telah memperlihatkan begitu besar hati, hasrat, dan semangat juang. Ia tak berani menyebut Kroasia tak bisa memenangkan Piala Dunia 2018 ini.
Sebanyak enam dari delapan tim peserta perempat final turnamen tahun ini berasal dari Eropa, dan Ceferin tidak terkejut melihat dominasi negara-negara Eropa di Rusia.
"UEFA melakukan pekerjaan bagus, bukan sejak saya berada di sini atau karena saya berada di sini. Namun karena mereka melakukan pendekatan pengembangan sepak bola dengan sedikit berbeda maka kesenjangannya akan semakin lebar dan melebar," tambah Ceferin.
UEFA, kata dia, mendapatkan banyak uang dengan semua kompetisi mereka. UEFA kemudian diklaimnya mengalokasikan uang dengan tepat.
"Kami memiliki pertemuan-pertemuan kepelatihan. Kami bekerja dengan para pemain yang membantu asosiasi-asosiasi nasional. Kami bekerja dengan pengelolaan yang bagus," kata dia.
UEFA juga berinvestasi pada proyek-proyek infrastruktur, perkembangan sektor teknis sepak bola. Menurut Ceferin, UEFA melihat ini sebagai cara yang tepat untuk mencapai kesuksesan dan pengembangan sepak bola."
"Sekarang setiap anak di Eropa dapat dipandang sebagai satu talenta dan saya tidak yakin apakah hal seperti itu ada di seluruh dunia," kata dia.