REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Fernan Rahadi
Suhu udara di Sydney, Ahad (30/3) pagi itu 26 derajat Celsius. Cukup panas untuk ukuran Australia. Akan tetapi enam remaja berkostum biru terlihat bersemangat berlari-lari di Lapangan Blacktown, International Sports Park, Eastern Road, Rooty Hill, New South Wales.
Keenamnya adalah Shegofa Hassani, Aurin Jones, Amer Yawar, Marco Trujillo, Farous Nghath dan Ljiljana Jojic. Mereka tengah menjalani latihan sepak bola bersama sang pelatih asal Inggris, Stuart Meney, yang pagi itu terlihat berteriak-teriak memberikan arahan.
Keenamnya rencananya akan dikirim untuk mengikuti sebuah turnamen sepak bola mini di Brasil saat pagelaran Piala Dunia 2014 Juni-Juli mendatang. Mereka terpilih untuk mewakili Football United, sebuah organisasi nirlaba yang bertujuan menggerakan social development melalui sepak bola.
"Senang sekali bisa pergi ke Brasil. Semoga itu akan menjadi pengalaman yang hebat," kata Amer (18) kepada Republika usai berlatih pagi itu.
Amer adalah remaja asal Afghanistan yang datang ke Australia kurang lebih 10 tahun lalu. Perang membawa ia dan keluarganya berimigrasi ke Australia pada awal tahun 2000-an. Sejak saat itu, ia menjadi warga negara Aussie.
Selain Amer, ada juga Shegofa yang juga berasal dari Afghanistan. Meskipun mengenakan jilbab, keterampilannya mengolah si kulit bundar cukup mumpuni. Tak heran, enam remaja yang terdiri dari tiga laki-laki dan tiga perempuan itu bisa menandingi lawan mainnya pagi itu yang terdiri dari enam pemuda yang rata-rata berusia lebih tua.
"Kami sudah bekerja keras untuk mencapai tahap ini. Semoga segalanya berlangsung baik di Brasil nanti," kata Shegofa yang telah bergabung di Football United selama lima tahun.
Football United awalnya bertujuan untuk mendekatkan olahraga sepak bola yang mainstream kepada anak-anak imigran yang jumlahnya menjamur di Australia. Akan tetapi setelah berjalan bertahun-tahun, program ini kemudian juga diikuti oleh non-imigran.
Salah satunya adalah Aurin (15). Bocah laki-laki berambut pirang itu menjadi satu-satunya wakil Football United yang lahir di Australia. Sama seperti Amer dan Shegofa, tiga lainnya juga merupakan imigran yang lahir di luar Aussie. Ljiljana berasal dari Serbia, Farous berasal dari Sudan, dan Marco berasal dari Peru.
"Kami berharap bisa memenangkan turnamen nanti. Hanya itu yang kami pikirkan untuk saat ini," ujar Aurin yang merupakan penggemar berat pemain asal Argentina, Lionel Messi.
Sejak pertama kali dibentuk pada 2006, kini Football United telah dijalankan di 22 tempat yang tersebar di Sydney, Australia Selatan, dan Canberra. Saat ini jumlah pesertanya pun sudah mencapai 800 orang terdiri dari berbagai level usia antara 3-21 tahun.
Koordinator Program Football United, Assmaah Helal (27), mengatakan kemampuan bermain sepak bola bukan merupakan satu-satunya faktor untuk lolos seleksi di Football United. Ia mengatakan, sikap dan perilaku seseorang juga ikut menentukan.
"Kami juga mempertimbangkan hal-hal seperti jiwa kepemimpinan, nilai keberagaman, ikatan yang kuat terhadap komunitas, pemahaman terhadap orang lain, sikap fair play, toleransi, serta tanggung jawab," kata wanita Australia berdarah Mesir itu.
Kinerja Assmaah dimudahkan dengan banyaknya jumlah imigran di Australia. Fairfield, tempatnya bekerja yang merupakan suburb sebelah barat Sydney, merupakan tempat dengan jumlah imigran terbanyak kedua di Australia. Apalagi sepak bola adalah olahraga paling populer di kalangan akar rumput (grass root) di negeri Kanguru tersebut.
Harry Kewell adalah salah satu pemain sepak bola terkenal yang berasal dari Fairfield. Siapa tahu, salah satu dari enam anak Australia yang pergi ke Brasil nanti setidaknya akan memiliki prestasi seperti penyerang Timnas Australia itu. "Saya harap demikian. Kami semua bermimpi menjadi pemain sepak bola profesional," ujar Marco tampak bersemangat.