Sabtu , 05 Apr 2014, 07:13 WIB

Menanti 'Penyihir' Baru Australia

Red: Fernan Rahadi
Harry Kewell
Foto foxsports.com.au

Harry Kewell

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Fernan Rahadi

26 Maret lalu adalah salah satu hari bersejarah untuk Timnas Australia. Pada hari itu, salah satu pemain terbaik dalam sejarah Socceroos, Harry Kewell, pensiun dari lapangan hijau.

Meskipun performanya naik-turun akibat masalah cedera, tidak diragukan lagi Kewell adalah salah satu mutiara di tim nasional. Ia selalu memperkuat Socceroos di partai-partai penting seperti playoff Piala Dunia 1998 dan 2002, serta putaran final Piala Dunia 2006 dan 2010.

Tak heran, jika media Australia sering menjulukinya sebagai Wizard of Oz (penyihir dari Australia). Saat ia bermain di klub Turki, Galatasaray, julukan tersebut kembali mampir. Penampilannya di sisi kiri penyerangan timnya memang kerap melahirkan aksi-aksi magis.

Saat saya berkesempatan mengunjungi Australia pekan lalu saya melihat sendiri pensiunnya pemain berusia 35 tahun itu telah menjadi berita-berita utama di berbagai media lokal. "Ia adalah salah satu pemain paling berbakat yang dilahirkan Australia," ujar mantan pemain Socceroos, Robbie Slater kepada The Australian.

Pensiunnya Kewell bisa dibilang merupakan akhir sebuah generasi emas Australia. Ia adalah satu dari deretan pemain terbaik Aussie yang malang-melintang di kompetisi Liga Primer Inggris pada akhir 90-an dan awal 2000-an. Mark Viduka, John Aloisi, dan Brett Emerton adalah beberapa nama pemain seangkatan Kewell.

Sebelum performa bagus di Piala Dunia 2006, dimana skuat Guus Hiddink melaju ke 16 besar, memang belum banyak publik sepak bola yang mengenal Socceroos. Tim ini dua kali berturut-turut kalah dari playoff Piala Dunia masing-masing dari Iran (1998) dan dari Uruguay (2002).

Australia memang selalu menjadi raja di Zona Oceania. Akan tetapi saat dihadapkan pada playoff, mereka selalu ketiban sial. Baru setelah kursi kepelatihan diambil alih Guus Hiddink, pelatih yang membawa Korea Selatan ke semifinal empat tahun sebelumnya, Australia mampu mematahkan rekor buruk dengan menang adu penalti 4-2 atas Uruguay. Lolosnya Socceroos ke Piala Dunia di Jerman adalah yang pertama dalam 22 tahun.

Generasi Kewell memang masih mendominasi sampai Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan. Akan tetapi kini hanya tersisa Tim Cahill dan sang kapten, Lucas Neill, yang tampaknya masih berpeluang tampil di Brasil. Terakhir, kiper Mark Schwarzer, kiper pemegang caps terbanyak, telah menyatakan pensiun akhir tahun lalu.

"Saya tidak terlalu suka skuat mereka (Socceroos) saat ini. Mereka masih terlalu muda dan akan berada di dalam grup yang berat," ujar salah seorang remaja Australia yang saya temui di Sydney.

Australia akan berada di grup neraka bersama Spanyol, Belanda, dan Chile. Padahal skuat Ange Postecoglou berisi para pemain muda seperti Tommy Oar, Tomas Rogic, dan Matthew Leckie. Dengan rata-rata pemain yang minim jam terbang internasional, sulit memprediksi Socceroos akan melangkah jauh pada Piala Dunia Juli-Juli nanti.

Di luar hingar-bingar euforia lolosnya Timnas Australia ke putaran final Piala Dunia ketiga berturut-turut, Aurin Jones (15 tahun) bersama lima rekannya juga akan berangkat ke Brasil pada bulan Juni mendatang. Keenamnya terpilih untuk mewakili Football United, sebuah organisasi nirlaba yang bertujuan menggerakan social development melalui sepak bola, untuk mengikuti sebuah turnamen sepak bola mini bernama 'Football for Hope' di luar penyelenggaraan Piala Dunia.

"Kami berharap bisa memenangkan turnamen nanti dan membanggakan Australia. Hanya itu yang kami pikirkan untuk saat ini," ujar Aurin yang menjadikan Kewell sebagai pemain sepak bola Australia panutannya.

Football United awalnya bertujuan untuk mendekatkan sepak bola kepada anak-anak imigran yang jumlahnya menjamur di Australia. Akan tetapi setelah berjalan bertahun-tahun, program ini kemudian juga diikuti oleh warga non-imigran seperti Aurin.  Tak bisa disangkal lagi sepak bola adalah olahraga paling diminati di kalangan akar-rumput di Australia, meskipun terkadang eksistensinya kurang didukung oleh pemberitaan media massa lokal.

Marco Trujillo (15 tahun), warga imigran dari Peru, berharap pensiunnya Kewell menjadi inspirasi bagi anak-anak muda Australia yang ingin berkarier sebagai pemain sepak bola profesional. Apalagi ia juga tinggal di Fairfield, Sydney, tidak jauh dari tempat kelahiran eks pemain Leeds United dan Liverpool itu.  "Ya, banyak dari kami ingin menjadi pemain profesional seperti dia (Kewell)," ujar Marco.

Socceroos mungkin tidak akan melangkah jauh di Piala Dunia nanti. Akan tetapi dari turnamen Football for Hope siapa tahu muncul 'penyihir-penyihir' baru yang siap menggantikan Kewell di masa mendatang.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
kunjungan ke australia jalan-jalan ke australia harry kewell
Berita Terkait

Melbourne

01 January 1970, 07:00
Berita Terpopuler
Berita Lainnya