Kamis , 12 Jun 2014, 20:52 WIB

ID Press Piala Dunia bukan Kartu Sakti

Red: Didi Purwadi
Seorang wartawan berjalan melewati 'Ruang Kontrol Utama' (Master Control Room) selama tur media pada upacara pembukaan International Brodcasting Centre (IBC) untuk Piala Dunia 2014, di Rio de Janeiro, Brasil, Senin (2/6).
Foto Reuters/Sergio Moraes

Seorang wartawan berjalan melewati 'Ruang Kontrol Utama' (Master Control Room) selama tur media pada upacara pembukaan International Brodcasting Centre (IBC) untuk Piala Dunia 2014, di Rio de Janeiro, Brasil, Senin (2/6).

REPUBLIKA.CO.ID, SAO PAULO -- Sekitar 30 jurnalis asal Indonesia mendapat tugas dari kantor masing-masing untuk melakukan liputan Piala Dunia 2014 Brasil.

Meski sebagian besar akan melakukan liputan pembukaan Piala Dunia di Sao Paulo, tak semua jurnalis akan tetap berada di Sao Paulo. Mereka akan menyebar di 12 kota yang menjadi tuan rumah beberapa pertandingan.

Sebagian jurnalis itu berhasil mendapat ID Press Piala Dunia dari FIFA, sementara sebagiannya tidak. Setelah mendapat ID, sejumlah jurnalis berharap akses untuk melakukan liputan Piala Dunia akan semakin mudah.

Tapi, itu semua seperti jauh panggang dari api. Seperti dilaporkan wartawan Republika Online, Endro Yuwanto, dari Sao Paulo, para jurnalis yang mendapat ID itu masih harus mengurus akreditasi untuk bisa menonton pertandingan langsung di dalam stadion.

Tak semua pertandingan bisa dinikmati gratis oleh para jurnalis ini. Mereka rata-rata hanya mendapat akses untuk menonton dua pertandingan.

Tak hanya itu, saat memasuki media center di sisi Stadion Arena Corinthians, para jurnalis ber-ID ini tak diperbolehkan membawa makanan dan minuman dari luar. Mereka pun harus mengeluarkan kocek untuk membeli makanan yang tersedia di dalam ruang media center.

Fasilitas yang didapat jurnalis ber-ID di situ hanyalah akses internet dan listrik. Jurnalis televisi, seperti Ryan dari TV One, juga tak diizinkan mengambil gambar di dalam stadion.

Padahal, TV One merupakan salah satu official broadcast Piala Dunia 2014. Walhasil, Ryan pun hanya mengambil gambar di luar stadion dan mengirimkannya ke Indonesia melalui media center di fanzone.

Di luar stadion, ID tak bisa digunakan untuk memperoleh fasilitas gratis naik metropolitano alias subway. Padahal, saat melakukan liputan Olimpiade 2012 London dan Piala Eropa 2012 Ukraina dan Polandia, jurnalis ber-ID mendapat fasilitas gratis naik subway.

Kondisi ini sempat membuat kesal Nana, jurnalis sebuah media nasional asal Jakarta. "Brasil sepertinya aji mumpung dan berusaha mengambil untung di manapun," katanya, Selasa (10/6).

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
golazo serba serbi unik piala dunia 2014 piala dunia fifa
Berita Terpopuler
Berita Lainnya