Sabtu , 12 Jul 2014, 18:40 WIB

Piala Dunia dan Duka Palestina

Red: Didi Purwadi
Seorang warga Palestina membawa sebuah kursi roda dari bangunan rumah yang hancur terkena serangan bom Israel.
Foto Reuters/Mohammed Salem

Seorang warga Palestina membawa sebuah kursi roda dari bangunan rumah yang hancur terkena serangan bom Israel.

Oleh: Ahmad Rozali

Argentina mengalahkan Belanda melalui drama adu penalti Rabu (10/7) lalu. Nama Lionel Messi dielu-elukan sebagai pahlawan kemenangan Le Albiceleste. Kebahagiaan tidak hanya terasa di stadion Arena de Sao Paulo tempat laga berlangung, namun ia memantulkan ke seluruh penjuru dunia.

Di jalan utama tepat di jantung kota Buenos Aires, Ibu Kota Argentina, ribuan orang berteriak meluapkan kegembiraan dan kebanggaan. Demikian pula di tempat-tempat lain yang jauh dari Brasil dan Argentina, para pendukung Argentina juga bersorak.

Kebahagiaan yang menyeruak di seluruh penjuru dunia, tak hinggap di Palestina. Palestina terisolir. Negara kecil ini dikurung oleh 300 lebih rudal milik Israel.

Serangan udara Israel tak lagi mengidahkan perjanjian perdamaian. Malam itu rudal-rudal Israel menghancurkan pemukiman penduduk Palestina dan merenggut nyawa penghuninya.

Salah seorang warga Paletina, Mustafa Malaka, terlempar ratusan meter dari rumahnya dalam keadaan tak sadarkan diri. Istri dan anaknya tewas seketika dalam ledakan itu. Mustafa sendiri harus dilarikan ke rumah sakit terdekat.

Istri dan anaknya merupakan bagian dari 17 warga Palestina yang tewas akibat serangan. Angka itu terus bertambah. Menurut pernyataan Menteri Kesehatan Palestina, serangan Israel selama dua hari itu mengakibatkan 47 warga palestina termasuk wanita dan anak-anak tewas serta menyebabkan 300 orang lebih terluka akibat serangan.

Menurut Lembaga Perlindungan Anak Palestina, sedikitnya delapan anak-anak Palestina terbunuh oleh serangan bom Israel. Enam diataranya terbunuh dalam satu serangan yang meledakkan rumah Odeh Ahmad Mohammad Kaware di daerah Khan Younis di tepi selatan Gaza.

Umm Fadi, ibu dari tiga putri dan satu anak laki laki ini, hanya bisa mencoba melakukan yang terbaik yang bisa dia lakukan untuk menenangkan anak-anaknya. Namun Raghd, anaknya yang baru berusia sembilan tahun, terus menangis sepanjang malam saat rudal Israel membombardir Jalur Gaza.

"Saya kesulitan menjelaskan kepada anak sekecil ini tentang situasi yang terjadi. Dia menndengar dari anak tetangga bahwa Israel membom kita. Tapi, saya tidak tahu bagaimana harus menjelaskan alasannya," ujar Umm Fadi yang hidup di Tal Al-Sultan.

Beuntung, rumah Fadi bukan salah satu di antara 64 rumah yang hancur oleh rudal Israel. Namun, dia tak bisa menyembunyikan ketakutannya saat anaknya masuk ke kamarnya untuk berlindung. Dia mengatakan takut untuk ke luar rumah, khawatir terluka atau bahkan tewas terkena ledakan.

Kendati telah meledakkan rumah warga sipil dan menewaskan anak kecil, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berkilah bahwa Israel sengaja menyerang warga sipil. "Target Israel adalah Hamas, bukan warga sipil," ujar Netanyahu. Atas kematian warga sipil, dia menyalahkan Hamas yang bersembunyi di rumah warga sipil.

Ratusan anak-anak Palestina yang selamat dikabarkan menderita trauma akut akibat serangan. Sebagian besar dari mereka berkumpul di rumah sakit. "Bahkan suara pintu yang menutup saja, bisa menakuti anak-anak saya," ujar Fadi.

Udal-rudal Israel tidak hanya meledakkan rumah-rumah Palestina dan membunuh warga termasuk anak-anaknya, namun lebih dari itu melalui rudalnya Israel telah menghancurkan kemanusiaan masyarakat seluruh dunia.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
jogobonito tulisan opini piala dunia 2014 piala dunia
Berita Terpopuler
Berita Lainnya