REPUBLIKA.CO.ID, RIO DE JANEIRO -- Entressafra adalah kata yang tepat untuk menggambarkan kondisi sepak bola Brasil saat ini. Kata dalam bahasa Portugis itu berarti musim kering dan sejalan dengan minimnya persediaan pemain berkualitas untuk mengenakan seragam Selecao.
Jika tak ingin terus malu dengan lima bintang yang tersemat di dada, Brasil harus lakukan perombakan besar-besaran. Sepak bola memang jadi kekasih seluruh warga Brasil, tapi cinta yang membabi buta itu tak menghasilkan apa-apa di Piala Dunia kali ini.
Jerman membantai skuat Samba dengan skor telak 7-1 di hadapan puluhan ribu pendukung setia tim Amerika Selatan itu. Ibarat sudah jatuh tertimpa tangga Brasil kembali kalah tiga gol tanpa balas dalam perebutan partai hiburan perebutan juara ketiga.
Kekeringan, tampaknya itulah penyebab cinta itu menjadi tak terbalas. 23 pemain pilihan pelatih Luiz Felipe Scolari ternyata belum cukup mengimbangi level permainan tim dunia lain. Thiago Silva dan kawan-kawan tampak begitu tertatih menapaki jalan menuju babak semifinal.
Tim Samba seakan kehilangan 'goyangan' di lapangan. Praktis, hanya Neymar yang dominan merepotkan lawan. Striker utama Brasil, Fred hanya mencetak satu gol. Wajar saja jika pecinta sepakbola lantas merindukan nama Ronaldo, Ronaldinho, dan Rivaldo yang mempersembahkan gelar juara untuk Brasil pada 2002.
Legenda Brasil era 70-an, Roberto Rivelino menilai level permainan Brasil sangat rendah. "Di Argentina anda memiliki 'nomor sepuluh', (Lionel) Messi, tapi Brasil tidak. Mungkin kami sedang menjalani fase sulit, sebuah entressafra," kata Rivelino seperti dikutip Reuters.
Sekumpulan orang menilai sumber penyakit Brasil justru jauh lebih dalam dari sekadar masalah pelatih dan pemain. Lebih dari seribu tokoh profesional sepakbola setahun yang lalu membentuk Bom Senso FC atau 'FC Masuk Akal' untuk merombak Federasi Sepakbola Brasil (CBF).
Beberapa hari yang lalu, Menteri Olahraga Brasil, Aldo Rebelo juga membuat keputusan untuk menghentikan ekspor pemain Brasil sejak umur belia. Rebelo pun meminta CBF untuk segera merombak pengelolaan sepakbola negara usai kegagalan yang ia anggap bencana nasional.
Brasil saat ini menghadapi realita musim kering yang jarang mereka temukan di masa lalu. Jika dulu mereka bisa berpesta dan kekenyangan dengan pemain bintang, sekarang negeri yang menganut sepakbola sebagai agama itu dilanda kelaparan.