Sabtu , 07 Jun 2014, 12:00 WIB

Ambisi Benito Mussolini Mengantar Italia ke Puncak

Rep: Arif Supriyono / Red: Didi Purwadi
Benito Mussolini
Foto AP

Benito Mussolini

REPUBLIKA.CO.ID, ROMA -- Aroma politik begitu kental mewarnai pelaksanaan Piala Dunia 1934. Bau politis bahkan sudah tercium saat menjelang penutupan Piala Dunia 1930 di Uruguay.

Ketika itu, petinggi Italia yang dikenal mengembangkan paham fasisme, Benito Mussolini, sudah menggaungkan tekadnya untuk menjadikan negaranya sebagai tuan rumah Piala Dunia 1934.

Ia segera memerintahkan bawahannya, Jenderal Giorgio Vaccaro, untuk meminta hak menjadi tuan rumah Piala Dunia, berapa pun biaya yang harus dipikulnya. Hasrat menjadi tuan rumah itu diikuti satu tekad oleh Mussolini: Italia harus juara.

Sebelum FIFA (Federasi Asosiasi Sepak Bola Internasional) menetapkan Italia sebagai tuan rumah, Vaccaro bahkan telah memilih seorang wartawan (Vitorio Pozzo) sebagai ketua panitia pemenangan gelar juara bagi Italia.

Setelah terpilih sebagai tuan rumah, Italia lalu menetapkan format turnamen dengan 16 peserta yang terpilih dari kualifikasi di seluruh dunia.

Tak ada hambatan bagi Italia di babak ini. Mereka mampu melewati hadangan kesebelasan Amerika Serikat. Tim dari negeri Paman Sam yang begitu perkasa pada Piala Dunia 1930 dibuat tak berdaya dan ditumbangkan Italia 1-7.

Laju Italia agak tersendat ketika bertemu Spanyol di babak delapan besar. Perlawanan habis-habisan dari Spanyol membuat Italia sulit mengembangkan permainan.

Nama-nama besar di kesebelasan Italia semacam Angelo Schiavio, Giuseppe Meazza (sekarang menjadi nama stadion klub AC Milan), dan Luigi Allemandi sempat tak berkutik. Skor pun bertahan 1-1 hingga laga selesai.

Keesokan harinya, partai ulangan digelar. Gol Meazza memecah kebuntuan di pertandingan lanjutan. Seketika membahanalah tepuk sorak dan luapan kegembiraan sekitar 43.000 pasang mata yang menyaksikan pertandingan ini. 

Kedudukan 1-0  bertahan hingga akhir pertandingan. Dalam partai semifinal, Italia mengalahkan Austria dengan 1-0.

Di laga final, perjalanan Italia jauh lebih sulit lagi. Tuan rumah bertemu Cekoslovakia (sebelum negara ini dipisah menjadi Ceska dan Slovakia) yang di semifinal menggusur tim tangguh Jerman 3-1.

Sekitar 73.000 ribu penonton di Stadion Partai Fasis Nasional sempat membisu setelah Cekoslovakia unggul melalui gol dari Puc. Kiper dan kapten kesebelasan Cekoslovakia, Planika, pun melonjak kegirangan. Suasana kian mencekam saat babak kedua memasuki menit 40 dan skor belum berubah.

Italia layak berterima kasih pada dua pemainnya yang keturunan Argentina, Enrique Guaita dan Raimundo Orsi. Umpan Guaita menjelang akhir babak kedua dimanfaatkan dengan baik oleh Orsi untuk menyamakan skor 1-1.

Perpanjangan waktu pun dilakukan dan Schiavio menjadi pahlawan dengan mempersembahkan gol dan gelar bagi Italia. Terwujudlah mimpi Mussolini.

 

sumber : Berbagai sumber
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
historia sejarah piala dunia
Berita Terpopuler
Berita Lainnya