Selasa 15 Jun 2010 02:07 WIB

Heboh, Debat Vuvuzela Merambah Hingga Dunia Maya

REPUBLIKA.CO.ID, CAPE TOWN--Kontroversi penggunaan Vuvuzela, alat musik tradisional Afrika Selatan, dalam hajatan Piala Dunia, telah memasuki dunia maya. Ragam pendapat, pro dan kontra begitu marak terutama pada laman-laman jejaring sosial utama macam Facebook, Twitter, Youtube dan laman lainnya.

Kalangan yang kontra Vuvuzela berpandangan alat musik tersebut memang wajar dibunyikan di dalam stadion. Namun, saat dihotel, atau tempat publik lain sebaiknya alat musik yang mengeluarkan suara mirip gajah berteriak itu dilarang. Alasan privasi dan "Mengganggu" merupakan teriakan keras para kalangan kontra terhadap Vuvuzuela.

Sebaliknya, kalangan pro menilai keberadaan Vuvuzela sangat penting lantaran merupakan ciri khas Afrika Selatan. Selain itu, vuvuzela juga dinilai lebih menghidupkan suasana stadion.

"Ini adalah cara kami memberikan semangat kepada pemain, mengekspresikan kebahagian dan bagaimana cara kami menikmati suasana stasiun," ungkap, Sazi Mhlawatika, pemuda berusia 23 tahun kepada AFP. Ia menilai tanpa keberadaan Vuvuzela, tidak ada permainan sesungguhnya. "Alat ini hanyalah sekedar alat musik tradional Afrika Selatan belaka," ujarnya.

Sementara itu, toko lokal bernama "Vuvu-Stoper", toko yang khusus melayani anti-vuvuzela mengaku mengalami peningkatan omset. Bila dihari biasa, "Vuvu-Stopper tidaklah dilirik. Namun, ketika hajatan piala dunia berlangsung dalam sehari bisa terjual antara 200-300 anti peredam bising itu ke pendukung kesebelasan dari berbagai belahan dunia.

"Saya bisa menjual lebih dari 300 pasang setiap harinya, padahal saya hanya memiliki stok 200 pasang dan akhirnya kami telah memesan 1.000 pasang," ujarnya.

Pro dan Kontra

Pada laman Facebook telah banyak grup yang dibuat untuk menyuarakan antipati atas keberadaan vuvuzela. "Suara yang mengganggu telinga" atau "Setiap Stasiun TV seharusnya membuat semacam filter anti kebisingan dalam setiap siaran langsungnya," tulis para facebookers yang kontra Vuvuzela.

Tak sampai disitu, kalangan kontra juga telah membuat laman khusus yang beralamat di www.banvuvuzela.com. Laman ini berisikan hujatan dan alasan mengapa vuvuzela sebaiknya dilarang. Sementara itu, dalam sebuah survei mencatat 30.000 orang meminta vuvuzela dilarang dan 6.500 orang lainnya meminta dibiarkan.

Secara terpisah, Presiden FIFA, Sepp Blater telah memberikan 'restu' agar Vuvuzela tetap dipertahankan dan tidak dilarang. Menurutnya, keberadaan Vuvu merupakan bagian dari seni dan budaya Afrika Selatan yang pantas dan harus dinikmati. Sementara itu, dukungan terhadap Vuvu juga terus dilakukan oleh penyelenggara Piala DUnia. "Setiap orang menyukai Vuvuzelas," ujar Rick Mkhondo, salah seorang panitia lokal Piala Dunia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement