REPUBLIKA.CO.ID, LONDON--Belum selesai kekhawatiran sejumlah penggila bola atas kehadiran vuvuzela yang mengganggu pendengaran, muncul ancaman baru yang tak lama lagi bakal meramaikan stadium diberbagai belahan dunia. Ancaman itu bernama kuduzela.
Kuduzela adalah alat musik tradisional Afrika Selatan yang dibuat dari tanduk Antelope, keluarga jauh rusa. Dalam tradisi masyarakat Afrika Selatan, kuduzela sering digunakan dalam peperangan. Celakanya, seperti halnya vuvuzela, kuduzela bakal menghasilkan suara yang bising bahkan dua kali lebih bising dari vuvuzela.
Ancaman kuduzela dengan cepat terdengar petinggi FIFA. Karena itu, FIFA melarang keras penggila bola membawa kuduzela karena dapat mengganggu penikmat bola yang lain. Resiko lain, kuduzela juga berpotensi digunakan sebagai senjata oleh penonton. Maka dari itu, FIFA tidak menginginkan resiko kerusuhan bakal membesar.
Sayangnya, perusahaan pembuat Kuduzela sudah terlanjur memproduksi ratusan kuduzela meski dengan bahan plastik yang ringan. Rencananya oleh perusahaan tersebut, kuduzela bakal diedarkan ketika Piala Dunia Afrika Selatan berakhir.
Celakanya lagi, perusahaan itu juga mengatakan, kuduzela bakal diedarkan pula di Inggris. Sainsbury’s, nama perusahaan pembuat Kuduzela, juga terlanjur mempersiapkan stok guna memulai musim kompetisi berikutnya yang bakal digelar September mendatang.
Neil van Schalkwyk, sosok yang mengklaim dirinya sendiri menjadi penemu vuvuzela mengatakan ia telah menerima pesanan kuduzela dalam jumlah besar oleh perusahan-perusahaan di Inggris. "Kami siap melintasi Eropa. Kami telah memiliki banyak permintaan dan kami siap untuk mewujudkannya," kata dia seperti dikutip Telegraph, Sabtu (19/6).
Mantan buruh Industri plastik ini telah mendirikan perusahaan bernama Masincedane Sport di Cape Town tahun 2002 lalu setelah melihat seorang penggemar sepakbola menonton pertandingan dengan membawa semacam alat tiup yang berbentuk tanduk.
"Meniupkan alat musik yang terbuat dari tanduk merupakan bagian dari kebudayaan Afrika di masa lalu. Saya menggunakannya ketika menonton pertandingan lokal tim U-19 Santos," kata dia.
Berkat keyakinan dan kerja kerasnya itu, Schalkwyk mengaku mendapatkan pemasukan hingga 600 ribu pondsterling atau setara dengan 8.3 milyar rupiah. Ia pun mengharapkan bisnisnya itu bisa menembus 1 juta poundsterling atau 13.5 milyar rupiah.
"Ada kekhawatiran di antara beberapa asosiasi sepak bola bahwa vuvuzela dapat digunakan sebagai senjata jika dibawa ke stadium. Hal itu baru terjadi bila ada satu orang yang memukul orang lain. Versi baru ini juga tidak terlalu keras lantaran hanya menghasilkan suara 20 desibel, " ujarnya enteng.
Kendati sukses menggarap vuvuzela, Schalkwyk pernah terlibat dalam perkara hukum atas paten vuvuzela. "Setiap orang harus menyadari bahwa ini (vuvuzela) merupakan bagian dari sepak bola di Afrika Selatan. Piala Dunia di sini sehingga vuvuzela tidak akan pergi. Lionel Messi mengeluh tentang suara-suara di lapangan tapi setelah melihat pendukung Argentina, itu tampaknya tidak mempengaruhi permainannya," ujarnya.
Selain memproduksi vuvuzela, Schalkwyk pun tahu betul kalau tidak semua penggila bola senang dengan kehadiran vuvuzela. Sehingga, perusahaannya memproduksi penutup telinga bagi penggila bola yang tidak tahan kebisingan.