REPUBLIKA.CO.ID, JOHANNESBURG--Seruan kepada Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA) untuk lebih memanfaatkan teknologi setelah gol kontroversial oleh Inggris dan Argentina, terus didengungkan.
"Banyak kemarahan setelah gol Inggris tidak disahkan," demikian judul di halaman muka The Citizen. "Ada awan yang menutupi pertandingan (Inggris-Jerman)," kata surat kabar tersebut, salah satu dari beberapa surat kabar yang menyiarkan gambar para pendukung yang mencucurkan air mata karena kekalahan Inggris, sehari setelah 'the Three Lions' dikalahkan Jerman 1-4, Senin (28/6).
Para pendukung Inggris itu mengatakan, keputusan pelatih asal Uruguay, Jorge Larrionda, untuk tidak mensahkan gol Frank Lampard beberapa saat sebelum pertandingan babak pertama usai telah mengubah jalannya pertandingan.
Tendangan gelandang Chelsea itu telah melewati garis gawang Jerman setelah membentur mistar gawang, dan kedudukan pada pertandingan itu mestinya 2-2 bila Larrionda tidak memberikan isyarat bahwa jalannya pertandingan diteruskan.
Kemenangan Argentina 3-1 atas Meksiko pada Ahad malam (27/6) juga dinyatakan sebagai kontroversial, karena gol penyerang Manchester City, Carlos Tevez, di babak pertama disahkan. Meskipun Tevez terlihat dalam posisi offside saat ia menyundul bola dari umpan Lionel Messi.
Kontroversi itu mengundang seruan perubahan perwasitan dari beberapa penggemar sepak bola. "Saya tidak mengerti mengapa mereka tidak menggunakan teknologi di olahraga terkaya di dunia tersebut," tulis seorang pendukung Inggris dan pemain timnas Rugby, Victor Matfield, di halaman laman Twitternya.
Eric Tinkler, seorang mantan kapten timnas Bafana Bafana, Afrika Selatan, menentang diperkenalkannya teknologi, dan memberitahu The Citizen bahwa "sepak bola adalah suatu pertandingan yang terus megalir dan saya kira pengenalan teknologi itu tidak masuk akal".
Tetapi, Tinkler mengatakan, FIFA mestinya menggunakan dua wasit tambahan untuk mencegah kesalahan-kesalahan, suatu sistem yang sudah dicoba di pertandingan Liga Eropa.
FIFA secara konsisten menolak usul penggunaan teknologi untuk membantu wasit, sehingga menjadikannya salah satu olahraga besar terakhir yang menentang langkah tersebut.