Jumat 09 Jul 2010 22:45 WIB

Maaf, Vuvuzela Dilarang Berbunyi!

Rep: Antara/ Red: Budi Raharjo

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Selama sebulan pagelaran Piala Dunia di Afrika Selatan, Vuvuzela,  boleh saja bebas berteriak di stadion hingga memekakkan telinga. Meski kerap mendapatkan protes, penonton tetal diizinkan meniup terompet khas masyarakat Afrika Selatan itu. Tapi, itu hanya berlaku di Piala Dunia.

Di pertandingan olahraga lain atau di negara lain, Vuvuzela dilarang berbunyi. Bahkan di Afrika Selatan sendiri, terompet itu dilarang dibunyikan pada pertandingan Rugby. Secara resmi, otoritas setempat melarang Vuvuzela pada pertandingan akbar Rugby di Stadion Nasional pada 21 Agustus 2010. ''Kami lebih suka tak ada vuvuzela, sebab suaranya akan menenggelamkan suara para pemain,''  kata Presiden Golden Lions, Kevin Klerk, di Johannesburg.

Kepala pelaksana pertandingan Eden Park, David Kennedy, berkeras, ''Setiap vuvuzela yang dibawa ke tempat itu akan disita.'' Di Selandia Baru, vuvuzela sudah dilarang di berbagai pertandingan olahraga. Sementara, vuvuzela juga telah dilarang dari jalan-jalan di Pamplona selama pembukaan acara adu banteng San Fermin, demikian laporan kantor berita Cina, Xinhua.

Vuvuzela atau ada juga yang menyebutnya Fufuzela, adalah sejenis terompet berukuran sepanjang kira-kira 65 centimeter. Umumnya digunakan oleh para penggemar pertandingan sepak bola di Afrika. Terompet itu dikenal pula sebagai lepatata (bahasa Tswana), dan perlu ditiup dengan teknik khusus sehingga mengeluarkan suara monoton keras bernada B. Instrumen serupa (yang di Spanyol dikenal sebagai corneta) juga digunakan oleh para penggemar sepak bola di Brazil dan negara-negara Amerika Latin.

Akhir-akhir ini, vuvuzela dan vuvuzelas (suara maupun peniupnya) telah menjadi kontroversi. Bila ditiup beramai-ramai dan terdengar tak putus-putus karena orang bergantian meniupnya, suaranya akan terdengar seperti 'segerombolan belalang yang memekakkan telinga', atau 'sarang lebah raksasa yang dilempar batu', atau 'segerombolan lalat hijau yang mengerumuni seonggok bangkai'. Karena suaranya yang tak enak didengar, terompet itu tampaknya takkan lagi hadir di stadion saat pertandingan olah raga.

Pada awal kemunculannya, kebanyakan vuvuzela terbuat dari timah, alumunium, dan logam tipis lain, tetapi belakangan lebih banyak dibuat dari bahan plastik. Asal-usul nama vuvuzela sejauh ini masih jadi perdebatan. Belum dapat dipastikan apakah nama vuvuzela berasal dari bahasa-bahasa Afrika, atau dari istilah Amerika Latin, atau dari bahasa lain.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement