REPUBLIKA.CO.ID, SAO PAULO -- Kegiatan dan aktivitas yang terjadi sepanjang Piala Dunia 2014 diperkirakan kurang manjur mendongkrak ekonomi Brasil, meskipun pemerintah memproyeksikan bahwa even internasonal ini akan memberikan keuntungan ekonomi yang cukup besar.
Hal ini adalah hasil riset yang dilakukan oleh Moody, lembaga pemeringkat dunia. Menurut Moody, Piala Dunia 2014 membebani Brasil dengan biaya ekonomi tinggi dan hanya menyumbang 0,4 persen saja dari produk domestik bruto (PDB). Belanja infrastruktur itu hanya menyumbang 0,7 persen setelah dipersiapkan selama lima tahun terakhir, 2010-2014.
"Perekonomian Brasil itu besar. Namun, karena durasi Piala Dunia itu begitu ketat dan terbatas, sehingga investasi hanya terpusat di kota-kota tertentu. Jadinya, dampaknya ke perekonomian nasional tidak terlalu besar," kata Moody, dilansir dari Financial Times, Selasa (1/4).
Sebelumnya, pemerintah Brasil telah mengiming-imingi rakyatnya dengan janji bahwa Piala Dunia 2014 bisa menyerap 3,6 juta angkatan kerja baru. Hal ini mereka lakukan untuk memancing komentar positif dari publik yang nyatanya saat ini semakin skeptis dan pesimistis.
Buktinya, rakyat menggelar unjuk rasa dimana-mana karena melihat akses dan pendanaan untuk sektor transportasi umum, kesehatan, pendidikan dan keamanan semakin berkurang sejak tahun lalu. Piala Dunia sangat mahal di tengah kondisi Brasil yang memiliki banyak prioritas lainnya.
"Saya pikir ini belum waktunya Brasil menjadi tuan rumah Piala Dunia," kata seorang kondektur bus di Sao Paulo, Luiz Henrique.
Moody menambahkan Piala Dunia tidak akan memengaruhi peringkat kredit Brasil juga rating perusahaan-perusahaannya. Brasil memang sukses meningkatkan gengsinya di panggung dunia, namun kerusuhan sosial dan kegagalan sejumlah infrastrukturnya juga menodai citra negara.