REPUBLIKA.CO.ID, RIO DE JANEIRO -- Sudah menjadi ritual empat tahunan bagi warga Brasil aktif menyambut Piala Dunia. Kompetisi sepak bola sejagat ini selalu disambut meriah publik negeri Samba. Warga Brasil acapkali menghiasi jalan raya dengan warna kuning dan biru.
Mengingat Piala dunia 2014 akan dihelat di Rio de Janeiro, sontak warga Brasil lebih gegap gempita menyambutnya. Namun, kemeriahan dalam menyambut Piala Dunia seperti beberapa waktu lalu tidak dirasakan di semua lokasi.
Di beberapa lokasi seperti Sao Paulo, Rio De Janiero dan Porto Alegre, penyelenggaraan Piala Dunia justru menjadi momok bagi warga kota. Beberapa warga mengeluhkan adanya pentas Piala Dunia di Brasil biaya hidup di kota penyelenggara naik tajam.
Pun, kemacetan bertambah dan pembangunan bombastis yang bertujuan menungkatakan mobilitas warga kota justeru memperparah problem warga Brasil. Warga miskin Brasil merupakan elemen harus menanggung dampak dari persiapan Piala Dunia.
Menurut Popular Committee untuk Piala Dunia dan Olimpiade, persiapan Piala Dunia berdampak pada penggusuran atau ancaman pengusiran terhadap 250 ribu warga Brasil. Sao Paulo, Rio De Janeiro dan Porto Alegre merupakan kota terparah yang mengalami penggusuran dan ancama kehilangan rumah.
Marli Nascimento merupakan salah seorang dari 117 keluarga di Rafice brasil yang terancam oleh pagelaran akbar Piala Dunia yang akan digelar beberapawa waktu lagi. Bagi Marli, keberadaan Piala Dunia yang akan digelar di negaranya merupakan ancaman baginyadan keluargananya.
Untuk membangun stadion sepak bola dan infrastruktur penunjangnya, Nascimento dan keluarganya harus merelakan tempat tinggalnya digusur. Sejak Februari 2013 hingga Maret 2014, tempat tinggal keluarganya telah diratakan untuk membuat jalan raya ke Stadion Arena Pernambuncano, tempat bertanding Jerman, Italia, Mexico, Jepang dan Amerika Serikat.
"Pemerintah (Brasil) tidak mau melakukan negosiasi. Pemerintah datang, dan hanya memberi lima hari untuk pergi. Padahal tidak semua memiliki tempat untuk pergi,” kata Nascimento dilansir Al Jazeera.
Nascimento menyatakan tidak akan merayakan Piala Dunia kali ini. Sebab, menurut dia, Piala Dunia hanya datang untuk menyakiti kehidupan warga miskin Brasil. Wanita yang bekerja di rumah sakit selama 27 tahun ini membangun rumah lamanya dengan penuh pengorbanan.
Reporter PBB, Raquel Rolnik mengatakan dalam norma internasional tentang hak perumahan bagi korban penggusuran. Kondisi rumah yang diberikan kepada korban penggusuran seharusnya lebih baik dari sebelumnya atau setidaknya sama dengan yang sebeumnya.
"Namun yang terjadi di Brasil, justru lebih buruk," kata Raquel beberapa waktu lalu. Tapi, Eksekutor wilayah Pernambuco, Francisco Nogueira membantah pernyataan Raquel. Dia menyatakan pemerintah telah memberikan hak korban penggusuran.