Ahad , 08 Jun 2014, 19:00 WIB

Mogok Pekerja Subway Brasil Ancam Pembukaan Piala Dunia

Rep: Lida Puspaningtyas / Red: Bilal Ramadhan
Demonstran mengenakan kostum superhero saat menggelar aksinya menentang perhelatan Piala Dunia 2014 di Rio de Janeiro, Brasil, 30 Mei lalu.
Foto Reuters/Ana Carolina Fernandes

Demonstran mengenakan kostum superhero saat menggelar aksinya menentang perhelatan Piala Dunia 2014 di Rio de Janeiro, Brasil, 30 Mei lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, SAO PAULO -- Mogoknya para pekerja kereta bawah tanah di Sao Paulo telah memasuki hari ketiga, Ahad (8/6). Sebuah ancaman bagi penyelenggaraan pembukaan Piala Dunia yang akan digelar lima hari lagi. Mogok kerja dilakukan untuk meminta kenaikan upah hingga 16,5 persen.

Perusahaan telah mengatakan mereka hanya mampu menaikan upah pekerja sebesar 8,7 persen saja. Juru bicara serikat pekerja kereta bawah tanah, Maria Figaro mengatakan kemungkinan besar mereka belum akan berhenti mogok. "Mogok akan berlanjut hingga tuntutan kami dipenuhi,’’ kata Figaro, dikutip AFP.

Seorang pejabat serikat pekerja bawah tanah, Rogerio Malaquias mengatakan sekitar 95 persen karyawan mendukung mogok kerja. Sementara, pekerjaan subway dioperasikan oleh karyawan yang baru direkrut perusahaan. Tiga dari lima jalur subway masih bisa beroperasi. Sementara kereta api tidak beroperasi di Korintus Arena.

Mogok menjadi ancaman karena sekitar 3,5 juta orang akan menggunakan akses angkutan umum untuk menuju pertandingan, termasuk menggunakan kereta bawah tanah. Pada pertandingan pembukaan, warga akan menuju stadion Itaquerao yang lebih mudah dituju dengan subway.

Dalam beberapa minggu terakhir, aksi mogok pekerja transportasi umum, polisi, guru dan beberapa warga di kota penyelenggara telah melebihi demonstrasi anti pemerintah.

Selain pekerja, protes masih dilakukan sejumlah masyarakat anti pemerintah yang menilai penyelenggaraan Piala Dunia memakan biaya yang mahal. Mereka mengatakan olah raga dan politik dijadikan kampanye sistematik oleh Presiden Dilma Rousseff.

Serikat pekerja juga menggunakan piala dunia untuk mendapatkan perhatian dari pemerintah. Baru-baru ini, polisi federal dan petugas kebersihan di Rio de Janeiro mampu memenangkan upah yang lebih baik. Mereka mengatakan inflasi yang tinggi telah mengganggu perekonomian mereka sehingga kenaikan upah sangat diperlukan.

Lembaga statistik pemerintah menyatakan Jumat, indeks harga konsumen naik 6,37 persen pada bulan Mei dibandingkan satu tahun lalu. Kamis, guru-guru protes memblokir jalanan di Rio de Janeiro. Pada bulan April, ribuan polisi juga turun ke jalan protes meminta kenaikan upah.

Mereka menilai terjadinya lonjakan aksi kejahatan terjadi di kota penyelenggara piala dunia sehingga mereka harus bekerja lebih keras. Aksi mogok polisi dilakukan di enam kota tuan rumah, seperti Rio de Janeiro, Sao Paulo, Salvador, Manaus, Recife dan Belo Horizonte.

Aksi demo pada Jumat lalu menuai bentrok. Polisi dan otoritas setempat menggunakan alat pemukul hingga gas air mata untuk membubarkan pengunjuk rasa. Presiden Rousseff menuduh demo tersebut direncanakan untuk menentang partai pekerjanya yang akan maju dalam pemilihan umum 5 Oktober.

Protes terhadap pemerintah dilakukan karena kemarahan masyarakat yang menilai pemerintah lebih mementingkan piala dunia daripada membangun Brazil. Pembangunan sistem pendidikan, kesehatan dan fasilitas publik lainnya jadi terbengkalai.

Piala dunia menghabiskan dana sekitar 11 miliar dolar AS. Presiden menegaskan uang tersebut akan membawa kebaikan untuk Brazil. Seperti bandara-bandara modern dan infrastruktur transportasi yang memadai. Namun pada kenyataannya, hingga sekarang infrastruktur kereta api, jalan dan lainnya masih tertunda. Sebanyak 12 stadion juga belum rampung.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
piala dunia pekerja di brasil mogok
Berita Terpopuler
Berita Lainnya