Oleh: Reja Irfa Widodo
Kehadiran penonton mungkin bukan termasuk ke dalam kelengkapan resmi sebuah pertandingan sepak bola. Namun tidak jarang, kehadiran penonton di dalam stadion menghadirkan warna tersendiri dalam sebuah laga sepak bola termasuk dalam setiap upaya mereka dalam memberikan dukungan kepada tim kesayangannya, termasuk di ajang Piala Dunia.
Merasa bagian dari tim, para penonton akan terus memberikan dukungan kepada tim favoritnya, mulai dari gerakan The Wave yang langsung populer di Piala Dunia 1986 Meksiko, hingga tiupan terompet Vuvuzela di sepanjang gelaran Piala Dunia 2010 Afrika Selatan. Pun dengan gelaran Brasil 2014.
Pemerintah Brasil telah menyiapkan alat musik khusus untuk para fans demi bisa memberikan dukungan buat para pemain. Adalah Caxirola, alat musik perkusi seukuran tangan orang dewasa yang berisi kacang kering dan dimainkan dengan cara digoyang-goyangkan.
Caxirola merupakan adaptasi langsung dari alat musik Caxixi yang berasal dari Afrika namun begitu populer di masyarakat Amerika Selatan khususnya Brasil.
Kendati begitu, tidak seperti Caxixi yang berbahan dasar dari rajutan kayu, Caxirola berbahan dasar plastik daur ulang. Dengan perpaduan warna kuning dan hijau, Caxirola merupakan instrumen resmi Piala Dunia 2014.
''Citra hijau-kuning di Caxirola. Perpaduan ini begitu mempesona dan mendukung fakta bahwa warna hijau adalah simbol kami sebagai negara yang memimpin penggunaan energi terbarukan. Pada saat yang sama, Caxirola memiliki kemampuan untuk mengantarkan kami mencapai semua tujuan kami,'' kata Presiden Brasil, Dilma Rousseff, dalam peluncuran Caxirola.
Caxirola merupakan buatan musisi asal Brasil, Carlinhos Brown, yang bekerja sama dengan Menteri Kebudayaan Brasil, Marta SuplicY. Berdasarkan keterangan musisi yang pernah masuk nominasi Oscar pada 2012 itu, bunyi yang dihasilkan Caxirola mewakili gairah, semangat, dan ritme kehidupan masyarakat Brasil.
Jika digoyangkan, maka Caxirola akan mengeluarkan suara detakan yang rapat dan stabil. Sekilas suara yang dihasilkan Caxirola seperti suara hujan di hutan yang kerap terjadi di hutan hujan Amazon dan deburan ombak di pantai Copacabana.
Kehadiran Caxirola ini diharapkan mampu menggeser popularitas Vuvuleza yang sempat menuai kontroversi di Piala Dunia 2010. Bahkan, Carlinhos memastikan suara yang dihasilkan Caxirola jauh lebih baik ketimbang terompet khas Afrika Selatan tersebut.
''Caxirola mengeluarkan suara-suara alam, seperti suara laut, Jadi, kami telah bekerja sama dengan insiyur kelas dunia untuk memastikan suara yang dihasilkan begitu menyenangkan dan indah,'' kata Carlinhos seperti dikutip IBTimes.
Salah satu juru bicara FIFA menyebut suara yang dihasilkan Caxirola dapat menghadirkan atmosfer Brasil yang begitu unik di dalam stadion. Caxirola memang didesain untuk digunakan di dalam stadion. Tidak seperti Vuvuzela yang suaranya seperti sekumpulan lebah marah, tapi Caxirola terdengar lebih lembut dan tidak terlalu bising.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Talita Pozzer dan Stephan Paul, peneliti asal Univesitas Santa Maria, Brasil, menyebutkan, jika suara yang dihasilkan Vuvuzela mencapai 127 desibel, Caxirola hanya menghasilkan 82 desibel. Sehingga paling tidak butuh 30 ribu Caxirola untuk memproduksi level suara yang sama dengan satu Vuvuzela.
Selain itu, suara yang dihasilkan Caxirola dipastikan tidak lebih dari suara yang dikeluarkan ketika dua orang tengah melakukan perbincangan. Alhasil, suara Caxirola tidak akan mengganggu suara peluit yang dikeluarkan oleh wasit dalam sebuah pertandingan.
Namun, proyek besar Brasil untuk memperkenalkan Caxirola di Piala Dunia 2014 justru sudah berakhir saat proyek tersebut belum dimulai.
Lebih dari sebulan usai Roussef memperkenalkan Caxirola sebagai intrumen musi resmi Piala Dunia 2014 pada April 2013, pihak kepolisian Brasil justru melarang penggunaan Caxirolas di dalam stadion. Langkah Kepolisian Brasil ini menyusul penyalahgunaan Caxirolas dalam sebuah laga kejuaraan Liga Brasil, antara Bahia kontra Vitoria di Stadion Fonte Nova, Salvador.
Ratusan penonton di laga tersebut melemparkan Caxirolas ke dalam lapangan akibat kecewa dengan kekalahan yang dialami timnya. Jika melihat dari ukurannya, yang sebesar kepalan tangan, Caxirola dapat dengan mudah dilemparkan ke dalam lapangan.
Kekhawatiran inilah yang menjadi dasar pihak kepolisian untuk melarang Caxirola di ajang pemasan Piala Dunia 2014, Piala Konfederasi 2013 silam.