Rabu , 09 Jul 2014, 00:01 WIB

Brasil-Jerman, Menerka Siapa Pemenangnya

Red: Didi Purwadi
Indra Sjafri
Foto Republika/Agung Supriyanto

Indra Sjafri

Oleh: Indra Sjafri, pelatih Timnas U-19 Indonesia

Laga partai Jerman versus Brasil hadir dengan intensitas tinggi. Tidak hanya di dalam lapangan, hal-hal di luar lapangan seperti ego benua menghiasi pertandingan yang menurut banyak orang dianggap sebagai final yang kepagian. Kali ini, saya mencoba memprediksi pertandingan berbekal data statistik performa kedua tim di Piala Dunia kali ini. Selain itu, data lain yang menjadi penentu adalah proses persiapan dan kondisi tim terkini.

Berdasarkan data statistik Castrol Index, kedua tim tidak menunjukkan perbedaan. Dari penguasaan bola, kedua tim dominan ketika bermain. Rata-rata lebih dari 50 persen penguasaan bola. Brasil unggul dalam penyerangan karena melakukan serangan berbahaya dengan rata-rata 45,8 kali sepanjang pertandingan dibandingkan Jerman yang hanya 43 kali setiap pertandingan.

Jumlah percobaan ke gawang juga tidak banyak berbeda antara keduanya. Jerman unggul dengan 16,6 kali mencoba usaha membobol gawang lawan dan Brasil mempunyai rata-rata 15 kali. Kedua tim menghasilkan jumlah gol yang sama dalam lima pertandingan terakhir, yaitu 10 gol.

Salah satu hal yang menjadi penentu kemenangan adalah dalam hal akurasi dan variasi passing. Jerman lebih unggul dalam hal akurasi dan frekuensi passing. Akurasi passing mereka adalah 82 persen, yaitu 2.938 kali passing, sedangkan Brasil hanya 1.816 (7 persen) selama lima pertandingan. Jumlah passing tersebut terdistribusi lebih banyak pada medium pass. Medium pass adalah passing dengan jarak antara 10-25 meter. Artinya, Jerman efektif dalam mengalirkan bola berpindah dari satu lini ke lini lain.

Jerman mempunyai akurasi long pass yang tinggi. Total mereka melakukan 243 long pass berarti mereka melakukan 48 kali umpan panjang setiap laganya. Umpan panjang adalah salah satu strategi menghindari pressing lawan yang ketat. Dengan kata lain, Jerman sering melepaskan diri dari tekanan lawan. 

Yang lebih unggul adalah total jarak yang ditempuh pemain Jerman. Para pemain Jerman setiap pertandingan menempuh 115,3 km dan Brasil hanya 106,8 km. Hal ini menjadi indikator bahwa para pemain Jerman bergerak banyak ketimbang para pemain Brasil. Di dalam sepak bola modern, perubahan posisi yang cepat dan dinamis memudahkan sebuah tim memecah daerah pertahanan lawan. Situasi ini fasih dilakukan para pemain Jerman. 

Satu hal yang mungkin merugikan Brasil dalam pertandingan nanti adalah tingkat agresivitas para pemainnya. Sejauh ini, para pemain Brasil melakukan 96 kali pelanggaran yang 10 di antaranya menghasilkan kartu kuning. Jika dirata-rata, muncul angka 19,2 kali pelanggaran tiap pertandingannya. Angka yang tinggi untuk tim sekelas Brasil. Kondisi tersebut berbanding terbalik dengan para pemain Jerman. Mereka hanya melakukan 57 kali pelanggaran dan menghasilkan empat kartu kuning sejauh ini.

Faktor Neymar

Fakta lain yang mengganggu Brasil adalah cederanya Neymar. Bagaimanapun, Neymar adalah elemen penting dalam skema permainan Scolari. Bisa dikatakan bahwa permainan Brasil menyesuaikan keberadaan Neymar. Hilangnya Neymar di sisi serang, akan merugikan karena kreativitas permainan berkurang.

Neymar menjadi pemain kunci bagi Brasil. Dari lima pertandingan sejauh ini, Neymar menjadi dua kali man of the match, yaitu saat lawan Kroasia dan Kamerun. Ditambah lagi dengan statistik menunjukkan bahwa setelah Neymar ditandu keluar saat Brasil bertemu Kolombia, penguasaan bola berpindah ke Kolombia.

Memang Scolari menyiapkan pemain yang menggantikan peran Neymar. Namun, bagaimanapun tim Brasil lama dipersiapkan dengan mengakomodasi Neymar sebagai pemain kunci. Persiapan lama dengan Neymar menjadi bagian tim yang tidak dengan mudah diubah mengikuti pola baru tanpa sang bintang.

Jerman sejauh ini nyaman dengan kondisi tim mereka. Persiapan yang mereka lakukan selama ini berjalan mulus. Selain itu, Jerman melewati masa tersulitnya sepanjang turnamen ini, yaitu ketika melawan Prancis. Secara mental, para pemain Jerman tertempa berat pada pertandingan terakhir. Sesuai dengan rumus kurva normal untuk kondisi mental, setelah menghadapi tekanan berat dan berhasil lolos, maka mereka nyaman dalam tekanan yang kurang lebih serupa.

Pertandingan melawan Prancis menunjukkan bagaimana Jerman harus bereaksi dalam kondisi tertekan. Kondisi inilah yang menguntungkan Jerman. Brasil menghadapi situasi yang berbeda. Meskipun mereka lolos melawan Kolombia, ada kehilangan besar di kubu mereka, yaitu kehilangan Neymar karena cedera dan Thiago Silva karena akumulasi kartu. Secara psikologis, tren mereka terlihat menurun.

Jadi, berdasarkan data-data seperti di atas, saya menjagokan Jerman lolos ke partai puncak. Timnas Jerman yang dikelola secara modern dan mutakhir sejauh ini menunjukkan kelasnya sebagai calon juara dunia yang baru. Dari sisi teknis, fisik, maupun mentalitas, Jerman menunjukkan bahwa mereka pantas menjadi juara dunia. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
timnas jerman joachim loew piala dunia 2014 piala dunia
Berita Terkait

Bukan Hanya Messi Versus Robben

01 January 1970, 07:00

Motivasi Nasionalisme Albiceleste

01 January 1970, 07:00

Demichelis Siap Hentikan Robben

01 January 1970, 07:00
Berita Terpopuler
Berita Lainnya