REPUBLIKA.CO.ID, Ada dua negara yang sebetulnya punya peluang kuat menjadi tuan rumah Piala Dunia 1990: Italia dan Uni Soviet. Dengan berbagai pertimbangan, organisasi sepak bola dunia (FIFA) akhirnya memilih Italia yang menjadi penyelenggara.
Alasan komersial menjadi pertimbangan utama. Bila hajatan digelar di Uni Soviet, nilai jualnya dianggap lebih rendah. Selain itu, di Italia sepak bola sudah layaknya sebagai candu bagi masyarakat. Di negeri spaghetti ini, kompetisi sepak bola berjalan dengan sangat apik dan antusiasme masyarakatnya juga luar biasa.
Bagi Italia, ini merupakan kesempatan yang amat ditunggu-tunggu. Mereka tak ingin sekadar menjadi tuan rumah. Sebagai negara yang sepak bolanya masuk papan atas dunia, mereka ingin menorehkan sejarah menjadi tim pertama yang meraih gelar Piala Dunia empat kali. Sebelumnya, Italia telah meraihnya pada 1934, 1938, dan 1982. Saingan terdekatnya hanya Brasil yang menjadi juara tiga kali: 1958, 1962, adan 1970.
Italia tampil mulus di penyisihan grup dengan mengalahkan tiga lawannya. Mereka berturut-turut menang atas Austria 1-0, AS 1-0, dan Cekoslovakia 2-0. Di perdelapan final, Italia kembali unggul 2-0 atas Irlandia.
Tim lain yang tampil penuh pesona adalah Kamerun. Wakil dari Afrika ini menjuarai penyisihan grup, antara lain dengan mengalahkan juara bertahan Argentina 1-0 dan Rumania 2-0. Mereka ‘mengalah’ saat bertemu Uni Soviet dengan 1-4.
Kejayaan Kamerun berlanjut di perdelapan final. Kolombia giliran menjadi korbannya dan ditekuk 2-1 lewat perpanjangan waktu. Sayangnya, perjalanan Kamerun terhenti di perempat final. Setelah skor 2-2, di perpanjangan waktu wasit memberi hadiah penalti pada Inggris yang diselesaikan dengan baik oleh Gary Lineker 2-3.
Dengan bekal kemenangan 1-0 atas Irlandia, Italia meluncur ke semifinal bertemu Argentina. Juara bertahan ini menggusur tim unggulan Brasil 1-0 di perdelapan final dan menang adu penalti atas Yugoslavia.
Publik Italia amat yakin timnya bakal lolos karena kinerja Argentina memang tak sebaik Piala Dunia sebelumnya. Apa hendak dikata, fakta berbicara lain. Argentina begitu tangguh. Gol Salvatore Schillachi di babak pertama dibalas pemain Argentina, Claudio Cannigia, di babak kedua. Skor 1-1 bertahan hingga waktu perpanjangan.
Petaka bagi Italia datang saat adu penalti. Beban berat tuan rumah membuat mereka kalah 3-4. Menangislah seluruh penjuru stadion dan sebagian besar rakyat Italia seketika.
Laju Argentina terhenti di final. Pasukan muda Jerman Barat (Jerbar) yang dikomandani Lothar Matthaeus meluncur ke final dengan menyingkirkan Inggris lewat adu penalti. Saat final, penalti Andreas Brehme mengakhiri perlawanan Maradona dan kawan-kawan 1-0. Jerbar pun juara kali ketiga, menyamai prestasi Italia dan Brasil.