REPUBLIKA.CO.ID, TEGUCIGALPA -- Sebagai pelatih, Luis Fernando Suarez punya satu prinsip yang tidak bisa ditawar. Ia sangat benci dengan pemain egois dan individualistis. Para pemain dengan tipikal itu dijamin tidak akan pernah masuk skuat jika Suarez yang menjadi pelatihnya.
Juru taktik asal Kolombia itu menekankan betul betapa pentingnya arti kolektivitas permainan. Seluruh pemain juga dianggapnya sama. Tidak ada istilah pemain bintang.
Berkat prinsipnya itu, Suarez sukses mencetak sejarah ketika berhasil membawa Ekuador melaju hingga babak 16 besar Piala Dunia 2006 Jerman. Para pemain Ekuador yang terdoktrin dengan prinsip Suarez, tampil kompak dan menjanjikan dengan menempati peringkat dua Grup A di bawah Jerman.
Sayang, minimnya pengalaman Ekuador di pentas dunia membuat Suarez harus puas hanya mengantarkan hingga babak 16 besar setelah disingkirkan Inggris dengan skor tipis 0-1. Sebagai catatan, Piala Dunia 2006 merupakan penampilan kedua Ekuador di putaran final.
Prinsip itu pula yang tetap ditekankannya bersama Honduras saat ini. "Saat melatih Ekuador dan sekarang Honduras, saya selalu mendepak pemain yang menganggap bahwa mereka lebih penting daripada tim. Saya benci pemain egois," tegas Suarez dilansir Fox News.
Pelatih berusia 54 tahun itu ditunjuk menangani Honduras sejak Maret 2011. Salah satu pemain yang terlempar setelah kedatangan Suarez adalah gelandang veteran Armado Guevara.
Setelah sukses memberikan sejarah untuk Ekuador, ia kini tertantang untuk mengulanginya bersama Honduras. Suarez ingin membawa Honduras melaju minimal hingga babak 16 besar, prestasi yang belum pernah dicapai Honduras.
Pada dua penampilan di putaran final sebelumnya yakni Piala Dunia 1982 dan 2010, Honduras selalu menjadi juru kunci grup. ''Sekarang waktunya bagi Honduras untuk melangkah lebih jauh. Saya sangat yakin kami bisa," tegas dia.
Sebagai pelatih, Suarez juga cukup jeli melihat potensi pemain yang dimilikinya. Itu terbukti ketika ia sering memaksimalkan duet striker jangkung Carlos Costly (190 cm) dan Jerry Bengston (187 cm) untuk mendobrak barisan pertahanan lawan melalui serangan-serangan udara.
Hasilnya pun manis. Kedua pemain itu sukses menjadi topskorer putaran akhir kualifikasi Zona CONCACAF dengan torehan masing-masing empat gol.