REPUBLIKA.CO.ID, Kelas Samuel Eto'o sebagai striker top dunia membuatnya memanggul beban besar. Ia mau tak mau harus membawa Kamerun sukses di Piala Dunia 2010 Afrika Selatan (Afsel).
Hal itu diungkapkan Andre Bikey, rekannya di Kamerun yang bermain untuk Burnley di musim ini. Menurutnya, sukses tidaknya Kamerun sedikit banyak tergantung pada performa Eto'o di lapangan.
"Samuel bukan hanya penting bagi tim, tapi juga penting untuk semua orang," ujar Bikey yang dilansir Sky Sports. "Kami semua tahu dia adalah striker terbaik di dunia. Jika dia dalam kondisi fit dan percaya diri, dia bisa kembali membantu kami. "Kami harus memastikan dia baik-baik saja.''
Eto'o memang salah satu penyerang terbaik yang pernah dilahirkan Afrika. Eto'o, 'Singa' terkuat dari pasukan 'Indomitable Lions' akan memimpin Kamerun berkompetisi di benuanya sendiri.
Lahir 10 Maret 1981 di kota Douala, Eto'o sudah mencetak 42 gol bagi Kamerun sejak 1996. Dia ikut dalam timnas Kamerun yang memenangi Olimpiade 2000 di Sydney.
Kapten Kamerun ini dua kali berpartisipasi di ajang Piala Dunia (1998 dan 2002), plus lima kali Piala Afrika (dua di antaranya juara). Striker yang memulai karier remajanya di Kadji Sports Academy itu adalah top skorer Piala Afrika sepanjang masa dengan total 16 gol.
Sebelum bergabung dengan Inter Milan di musim ini, Eto'o lima musim membela Barcelona dan menorehkan 108 gol di Liga Spanyol. Jumlah ini mencatatkan namanya sebagai pencetak gol terbanyak ketiga di Barcelona bersama Rivaldo. Eto'o memegang rekor jumlah penampilan pemain Afrika terbanyak di La Liga, yakni 289 kali. Dia pemain kedua yang bisa mencetak gol di dua laga terpisah final Liga Champions (2006 dan 2009) setelah Raul.
Eto'o memulai kariernya di Eropa bersama Real Madrid pada tahun 2007, tetapi ia hanya bisa berlatih di Real Madrid B. Karena Real Madrid B degradasi ke Segunda B, di mana pemain non-Uni Eropa tidak diizinkan main, ia dipinjamkan ke Leganes, Espanyol, dan Mallorca (1997-2000).
Sebelum musim 2000-2001 bergulir, Mallorca mengikat Eto'o secara permanen dengan nilai transfer 4,4 juta poundsterling. Fans sangat mendukung keputusan manajemen Mallorca. Eto'o membalasnya dengan mendonasikan daging senilai 30.000 euro untuk memberangkatkan suporter Mallorca yang menyaksikan final Copa del Rey 2003. Mallorca memenangi laga 3-0 atas Recreativo Huelva dengan dua gol terakhir dicetak Eto'o.
Bersinar di Barcelona
Eto'o meninggalkan Mallorca dengan titel top skorer klub sepanjang masa (54 gol). Ia lalu dibeli Barcelona senilai 24 juta euro pada musim panas 2004.
Debut Eto'o bersama Barcelona terjadi pada partai pembuka La Liga musim 2004-2005 di kandang Racing Santander. Usai membawa Barca juara La Liga di musim pertamanya, pesta digelar di Camp Nou. Dalam pesta itu, Eto'o merespon yel-yel Barcelonista dengan komentar yang terkesan mengejek mantan klubnya, Real Madrid. Federasi Sepakbola Spanyol mengganjar denda 12.000 euro atas komentarnya itu.
Di musim 2005-2006 Eto'o ikut membantu Barca meraih gelar ganda, La Liga dan Liga Champions. Musim itu pula ia menjadi El Pichichi (top skorer La Liga) setelah gagal ia raih di musim sebelumnya. Eto’o juga digelari Pemain Terbaik Afrika untuk ketiga kalinya, dan ia mendedikasikan gelar tersebut untuk semua anak Afrika.
Sebelum membantu Barca meraih treble musim 2008-2009, Eto'o punya sejumlah rekor pribadi, di antaranya hat-trick tercepat di Barcelona dalam 23 menit saat melawan Almeria (25 Oktober 2008); golnya ke gawang Sevilla merupakan gol ke-111 sebagai pemain Azulgrana di semua kompetisi, yang membawanya ke daftar 10 besar pencetak gol klub sepanjang masa (29 November 2008); serta gol ke-99 dan ke-100 di liga untuk Barcelona saat imbang 2-2 dengan Real Betis (14 Februari 2009).
Pada bursa transfer musim panas 2009, Joan Laporta membenarkan terjadinya perjanjian antara Barcelona dengan Inter Milan, yakni menukar Zlatan Ibrahimovic dengan Eto'o dan sejumlah uang.
Adapun penampilan pertama Eto'o di timnas terjadi di usia 14 tahun pada 9 Maret 1996, dalam pertandingan persahabatan, Kamerun kalah 0-5 dari Kosta Rika. Pada Piala Dunia 1998, dia jadi pemain termuda ketika ikut tampil saat Kamerun takluk 0-3 di tangan Italia, dalam usia 17 tahun lebih tiga bulan.
Kamerun berada di grup yang sama dengan Belanda, Denmark, dan Jepang di Grup E Piala Dunia 2010. Bukan tugas gampang bagi Eto'o untuk mengantar Kamerun lolos dari penyisihan grup. Tapi jika performanya membaik seperti dua atau tiga tahun lalu, bukan mustahil ia mampu melambungkan prestasi Kamerun