REPUBLIKA.CO.ID, Kegagalan Prancis pada perhelatan Piala Dunia 2002 dan 2006 tentu membuat sosok Franck 'Bilal' Ribery gundah. Pasalnya, gelandang Bayern Muenchen ini turut 'tenggelam' dalam armada Prancis yang pesakitan.
Zinedine Zidane, legenda Prancis, masih hadir pada hajatan Piala Dunia 2006 lalu. Ini juga membuat kiprah Ribery tak terlalu mencuat.
Namun, sang legenda kini telah pensiun. Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan bisa menjadi pelampiasan 'unek-unek' Ribery. Betapa tidak, sejak ditarik dari Marseille di tahun 2007 dengan rekor transfer 25 juta poundsterling, Ribery menunjukan permainan apik dan berkelas.
Bersama rekannya, Arjen Robben, Ribery mampu membawa kembali kehormatan Die Roten, julukan Bayern Muenchen sebagai klub elite Jerman dan Eropa. Di musim pertamanya sebagai pemain Bayern, ia membawa klub itu menjuarai Bundesliga ke-21 pada musim 2007/2008. Sayangnya, ditahun berikutnya, Muenchen gagal mempertahankan gelar dan berujung pada pemecatan pelatih Juergen Klinsmann.
Pada musim 2009/2010, Bayern bangkit kembali bersamaan dengan menanjaknya performa Ribery di lapangan. Meski ia mengalami cedera yang cukup lama, penampilan Ribery begitu memuaskan, total 7 gol dilesakkan ke gawang lawan dari 19 penampilannya.
Sejumlah pujian pun diberikan kepadanya termasuk ketika legenda Prancis, Zinedine Zidane menyebutnya sebagai 'Mutiara Sepakbola Prancis". Bahkan masyarakat Prancis memprediksi Ribery merupakan penerus sang legenda. Ihwal pujian itu, Ribery bergitu tersanjung.
"Saya tidak tahu apakah saya layak sebagai penggantinya. Namun, jika semua orang berpikiran seperti itu, saya sangat bangga dan benar-benar tersanjung. Zizou adalah pemain hebat dan pribadi yang mengagumkan. Saya akan mengeluarkan semua kemampuan terbaik di lapangan dan berusaha ramah kepada semua orang,'' tukas pemilik nomor punggung 22 ini.
Dengan bekal performa yang menanjak di klubnya, Ribery pun optimis mampu membawa Prancis menjadi juara dunia kedua kali. Optimisme itu memang bertolak belakang dengan kondisi tim Prancis yang kehilangan rohnya usai ditinggal Zidane.
Buktinya, meski skuad les Bleus menundukkan Kosta Rika akhir pekan lalu di partai uji coba, Prancis belum menunjukan penampilan optimal. Raymond Domenech, arsitek Prancis, menggunakan formasi 4-3-3 dengan lebih menekankan lini serang. Hasilnya, Prancis sempat mengalami kesulitan beradaptasi dengan skema baru itu.
Namun, Prancis tidak berkecil hari lantaran penampilan apik Ribery. Dilihat dari performanya, pemain yang memiliki kemampuan mumpuni dalam menggiring dan menyuplai bola ini tak terpengaruh dengan skema permainan yang diberikan Domenech. Umpan silangnya kian yahid, belum lagi aksinya mengelabui lawan kian ciamik. Maka tak heran, Prancis patut menaruh harapan besar pada pria kelahiran Boulogne-sur-Mer, 7 April 1983.
"Saya berharap suatu saat dia bisa menjadi pemain terbaik dunia. Apa yang dia capai lima tahun belakangan ini adalah sesuatu yang impresif," komentar Zizou, ihwal perkembangan Ribery.
Ribery memang terhitung pesepakbola berprestasi. Di usianya yang ke-27, ia sudah mengoleksi berbagai gelar. Antara lain, satu gelar Fortis Piala Turki bersama Galatasaray di musim 2004/2005, Piala Intertoto bersama Olympique Marseille di tahun 2005, Piala Liga Jerman bersama Bayern Muenchen di tahun 2007, Piala Jerman dan Bundesliga Jerman di tahun 2008 dan 2010. Selain itu, penghargaan Pemain Terbaik Prancis di tahun 2007 dan 2008, juga pesepak bola Jerman terbaik di tahun 2008.
Islam Sumber kekuatan
Sosok Ribery sebagai selebriti sepabola, jauh dari kata hura-hura dan doyan 'eksis'. Ia dikenal sahabat dan rekan se-timnya sebagai pribadi yang santun, rendah hati, dan rajin melaksanakan shalat lima waktu, di mana pun dan pada kondisi apa pun.
Bisa dibilang, kepindahnya dari Metz ke Galatasaray pada musim 2004-2005 membawa Ribery kepada kedamaian yang tak terduga. Secara singkat, Ribery mengatakan, dia memilih ajaran yang dibawa Nabi Muhammad SAW ini karena menemukan kedamaian dalam Islam.
''Islam adalah sumber kekuatan saya di dalam dan di luar lapangan sepak bola. Saya mengalami kehidupan yang cukup keras dan saya harus menemukan sesuatu yang membawa saya pada keselamatan dan saya menemukan Islam,'' kata Ribery.
Publik pun tersontak kaget, pesepakbola bermata biru yang memulai kariernya di Boulogne, terlihat menegadahkan tangan ketika Prancis berhadapan dengan Swiss pada hajatan Piala Dunia 2006. Sempat publik mencemooh Ribery. Namun, cemooh itu ia jawab dengan penampilan yang luar biasa.
Kepindahannya ke Olympique Marseille membawanya ke posisi pertama bintang sepak bola Prancis paling populer pada bulan Agustus, Oktober, dan November 2005. Ribery pun terpilih untuk memperkuat tim Prancis pada Piala Dunia 2006 yang digelar di Jerman.
Saat itulah, publik pun tak menghiraukan perilaku dan kebiasaan Ribery. Publik lebih melihat kecemerlangannya ketimbang perilaku dan sikap Ribery yang jauh dari kebiasaan masyarakat Eropa. Ribery pun terkesan begitu menikmati kehidupan barunya sebagai pribadi Muslim tanpa perlu diketahui publik. "Keimanan adalah perkara pribadi saya, dan hal itu tak perlu dipublikasi," tuturnya kala masih berseragam Olympique Marseille.
''Islam juga yang menjadi sumber kekuatan saya di dalam maupun di luar lapangan. Saya menjalani karier yang berat. Saya kemudian berketetapan hati untuk menemukan kedamaian. Akhirnya, saya menemukan Islam.," tegasnya.
Tapi, musim ini bisa dikatakan bukan yang terbaik bagi gelandang Muenchen ini akibat kerap didera cedera. Bagi banyak pengamat, Ribery adalah pemimpin sebenarnya Prancis di atas lapangan. Tim bukan lagi tim yang sama jika tidak diperkuatnya. Laga kualifikasi harus dijalani dengan berat akibat Ribery kerap absen.
Kini harapan kembali disematkan ke pundak gelandang elegan ini di Piala Dunia 2010. Mampukah Ribery?