REPUBLIKA.CO.ID, Karim Ziani bisa dibilang pemain paling terkenal di tim Aljazair saat ini. Popularitas itu diraihnya berkat penampilan menjulang di Ligue 1 Prancis bersama serangkaian klub, seperti Troyes, Lorient, Sochaux, dan Olympique de Marseille sebelum bergabung ke Vfl Wolfsburg.
Pemain berusia 27 tahun ini sudah bermain untuk Fennecs selama tujuh tahun. Penampilan rutin dan efektivitas permainan membuatnya jadi salah satu penentu dalam tim. Pada putaran kedua kualifikasi, Ziani terlibat dalam 80 persen gol yang dicetak Aljazair.
Ada kemiripan di antara Karim Ziani dengan Zinedine Zidane, legenda sepak bola Prancis. Mereka anak Aljazair yang lahir dan besar di Prancis, serta berposisi gelandang. Bedanya, Ziani tetap membela timnas negara leluhurnya.
Jika Zidane sang legenda lahir di Marseille dan kemudian memilih berpaspor Prancis, Ziani lahir di Sevres dan memilih menjadi pilar tim nasional Aljazair, dan ia akan memimpin skuad 'Rubah Gurun' itu di Piala Dunia 2010.
Ziani memulai karier sepak bolanya di klub junior RC Paris hingga akhirnya pada tahun 2005 dia dipantau pemandu bakat dari klub Prancis, Troyes.
Pemain kelahiran 17 Agustus 1982 ini menghabiskan tiga musim pertamanya di tim cadangan sebelum masuk tim utama. Sesudah itu, dua musim dia bermain di Ligue 1, sebelum Troyes turun kasta ke Ligue 2.
Di musim panas 2004 Ziani dipinjamkan ke FC Lorient hingga dipermanenkan oleh klub yang meminjamnya itu di musim berikutnya. Bersama Lorient, Ziani menjadi pemain terkenal dan memimpin rekan-rekannya promosi ke Ligue 1. Dia terpilih sebagai pemain terbaik Ligue 2 musim 2005-2006.
FC Sochaux tertarik meminang Ziani dan klub itu berhasil mendapatkan tanda tangan dia untuk kontrak tiga tahun sebelum musim 2006-2007 bergulir. Kedatangan gelandang bertinggi badan 169 cm itu sekaligus mempertemukan sang pemain dengan pelatih pertamanya di Troyes, Alain Perrin.
Ziani kembali berganti tim. Pada 29 Juni 2007 Olympique de Marseille mengikat Ziani dengan nilai transfer 11 juta dolar AS. Ia mencetak gol pertamanya di Marseille dalam suatu pertandingan melawan Valenciennes. Sejak itu dia terus menjadi pemain utama.
Pada 7 Juli 2009, Ziani terbang ke Jerman untuk memperkuat Wolfsburg setelah meneken kontrak empat tahun dengan juara Bundesliga 2008-2009 itu. Nilai kontraknya mencapai 7 juta euro. Hanya saja ia masih harus berjuang keras untuk bisa menjadi pemain reguler di skuad asuhan Armin Veh itu.
Ziani menjalani debut timnas Aljazair pada tahun 2003. Ia dipanggil caretaker pelatih timnas asal Belgia Georges Leekens untuk pertandingan ujicoba melawan Belgia.
Dia bersama rekan-rekannya mengantar Aljazair di posisi kedua fase penyisihan grup Piala Afrika 2004 sebelum akhirnya langkah negara di belahan utara Afrika itu terhenti di tangan Maroko di babak perempat final. Namanya juga termasuk sebagai pemain tengah terbaik di turnamen itu.
Gol pertama buat Aljazair dibuatnya saat melawan Gambia lewat tendangan penalti dalam kualifikasi Piala Afrika 2008, Aljazair menang 1-0. Ziani menambahkan dua gol lagi di kualifikasi PD 2010 ketika Aljazair unggul 3-0 atas Liberia.
Mungkin, Aljazair hanya dipandang sebelah mata oleh para pesaingnya di fase penyisihan Grup C Piala Dunia 2010. Namun, kehadiran Ziani tidak boleh dipandang sebelah mata. Pasalnya, ia selama ini terkenal punya kemampuan untuk mengubah hasil pertandingan layaknya Zidane. Tak percaya? Lihat saja nanti.