REPUBLIKA.CO.ID, Jika Andrea Pirlo bermain bagus, maka tim yang dibelanya juga akan bermain menawan. Aturan ini berlaku di klub AC Milan dan timnas Italia. Marcelo Lippi, pelatih Italia, juga memberinya tempat dan peran khusus di timnya untuk membebaskan Pirlo mengeluarkan kemampuan terbaiknya
Pribadi pendiam ini adalah jantung lini tengah Italia. Peran Pirlo sungguh vital dan kunci utama permainan Azzurri. Dijuluki sebagai metronome karena yang menentukan timing dan kecepatan tim. Pirlo ibarat Leonardo da Vinci-nya sepakbola karena permainannya yang inventif.
Terlahir di Brescia 19 Mei 1979, dari seorang ayah yang memiliki usaha besi, Pirlo memulai karier sepak bolanya di klub Brescia (1994-98). Selanjutnya ia pindah ke klub Internazionale Milan (1998-2001). Tetapi karena tidak bisa menemukan performa terbaik, dia kemudian dipinjamkan ke Brescia (2001) dan Regina (1999-2000). Bakatnya nyaris terkubur sebelum diselamatkan tetangga dekat, AC Milan, pada 2001.
Oleh pelatih Milan kala itu, Carlo Ancelotti, Pirlo tak lagi diposisikan sebagai playmaker murni tapi di deep playmaker. Di situ, Pirlo berperan mengarahkan permainan tim. Kolaborasinya dengan Gennaro Gattuso dan Clarence Seedorf menjadi trio mematikan di Milan.
Peran barunya mengantarkan Pirlo ke puncak. Keistimewaan lain? Dia adalah spesialis free kick yang melahirkan banyak gol dari bola mati. Tak hanya itu, bola free kick-nya selalu meluncur indah. Bila Pirlo bersiap berlatih tendangan bebas, pemain lain akan berhenti sejenak hanya untuk mengerubunginya. Ada yang tak ingin melewatkan kesempatan menyaksikan keindahan Pirlo saat mengambil free kick.
Prestasi di klub yang pernah dicapai Pirlo antara lain Juara Liga Champions 2003 dan 2007, Juara Liga Seri A Liga Italia 2004, dan kejuaraan dunia antarklub 2007.
Pada Piala Dunia 2006 di Jerman, Pirlo menjadi 'aktor' utama untuk mengantar skuad 'Azzurri' ke tangga juara. Dia juga terpilih menjadi man of the match pada pertandingan pembukaan timnas Italia melawan Ghana.
Selain itu, Pirlo berhasil mendapatkan predikat serupa pada pertandingan semifinal melawan tuan rumah Jeman dan tentunya yang paling fenomenal keluar sebagai pemain terbaik pada pertandingan final melawan Prancis.
Kini mampukah Pirlo mengulang sukses 2006? Semua tentu tergantung motivasi dan kondisi fisik Pirlo yang kini rentan cedera.