REPUBLIKA.CO.ID, Aljazair mengakhiri kekosongannya di jajaran eite sepakbola dunia dengan keikutsertaannya Piala Dunia 2010 Afrika Selatan Juni mendatang. Srigala Gurun, julukan Aljazair, memang pernah memenangi Piala Afrika setelah penampilan mereka di Piala Dunia Meksiko 1986. Tapi mereka terlalu lama hilang dari peredaran sebelum perlahan berusaha kembali ke persaingann dunia.
Merebut tiket Piala Dunia melalui laga play off melawan musuh bebuyutan, Mesir, di Khartoum, Sudan, 18 November 2009, Aljazair telah menyajikan penampilan yang apik sekaligus mengecewakan di fase kualifikasi.
Aljazair memenangkan enam partai kandangnya di putaran kedua dan ketiga fase kualifikasi, tetapi menelan tiga kekalahan serta dua kali seri ketika keluar kandang. Alhasil mereka unggul tipis di atas Gambia, Senegal, dan Liberia di kualifikasi grup pertama. Meraih hasil imbang dengan Mesir di putaran kedua, mereka harus menghadapi tim berjuluk 'The Pharaoh' itu sekali lagi di tempat netral. Dua negara itu sama-sama memperoleh nilai delapan di atas Zambia dan 11 poin di atas Rwanda.
Lapangan tengah adalah kekuatan utama Aljazair dengan sang kapten Yazid Mansouri sebagai penguasa yang bertugas mengalirkan bola ke duo penyerang Karim Ziani dan Mourad Meghni. Penyerang Karim Matmour adalah salah satu pilihan untuk sayap kanan dan telah terbukti mulai matang di posisi baru itu.
Salah satu faktor keberhasilan Aljazair adalah penampilan di kandang. Mereka masih harus memberi bukti bisa tampil sama baiknya di luar kandang. Selain itu, Aljazair belum memiliki seorang striker sejati. Abdelkader Ghezzal menderita cedera, Rafik Djebbour tidak terlalu kompetitif, sedangkan Rafik Saifi menua. Masalah ini harus cepat diatasi Rabah Saadane.
Bermodal pengalaman bermain di tanah airnya dan Prancis, 'Sheikh' Rabah Saadane mencoba peruntungannya sebagai pelatih. Saadane langsung mendapatkan tanggung jawab menangani beberapa tim nasional muda.
Pada 1982 ia menjadi bagian dari tim pelatih Aljazair yang ikut berlaga di Piala Dunia Spanyol. Empat tahun kemudian ia mengambil alih kepemimpinan tim nasional, tetapi, hanya mendulang hasil mengecewakan. Ia mengisi posisi itu kembali tahun 1999, lalu dari 2003 sampai 2004, dan akhirnya sekali lagi sejak 2007.
Di tingkat klub, pelatih berpengalaman itu pernah mengangkat Piala Liga Champions Afrika bersama klub Raja Casablanca tahun 1989 dan Liga Champions negara-negara Arab bersama ES Setif tahun 2007.
Di Afrika Selatan, Aljazair akan mencatatkan penampilan ketiganya di Piala Dunia dan mereka berharap bisa menembus fase grup untuk pertama kalinya dalam sejarah.
Inilah Piala Dunia ketiga bagi Aljazair. Kali ini, ambisi Aljazair adalah tampil lebih baik daripada dua kesempatan yang pernah mereka alami sebelumnya, yaitu 1982 dan 1986.
Pada dua kesempatan itu, Aljazair tak pernah mampu melewati babak penyisihan grup. Meski demikian, penampilan mereka terbilang mencengangkan. Salah satu yang paling diingat adalah ketika Aljazair menaklukkan Jerman (Barat) 2-1 melalui gol-gol Rabah Madjer dan Lakhdar Belloumi di Spanyol 1982. Sayangnya, mereka tersingkir dari turnamen karena Jerman bermain mata dengan Austria pada pertandingan terakhir. Empat tahun kemudian di Meksiko, akibat konflik internal, Aljazair hanya merengkuh satu poin hasil menahan imbang Irlandia Utara.
Timnas Aljazair
Pelatih: Rabah Saâdane
Konfederasi: CAF
Peringkat FIFA (Nov 09): 28
Rekor Penampilan: 2 (1982, 1986)