REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Bek tim nasional Inggris, Danny Rose, meminta keluarganya tidak datang ke Rusia menyaksikan dirinya berlaga di Piala Dunia 2018. Ia khawatir aksi rasisme akan terjadi selama pesta sepak bola dunia di Rusia.
"Saya tidak khawatir dengan diri saya sendiri. Tapi saya telah mengatakan pada keluarga saya untuk tidak pergi ke sana karena (ancaman) rasisme dan hal lainnya yang mungkin bisa terjadi," ujar Danny Rose, dikutip dari fourfourtwo, Kamis (7/6).
Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA) pada awal Mei lalu menjatuhkan sanksi 25 ribu Euro (sekitar Rp 417 juta) pada Asosiasi Sepak Bola Rusia (RFU). Sanksi tersebut sebagai hukuman atas tindakan pendukung tim nasional Rusia yang melontarkan yel-yel rasisme dalam laga persahabatan menghadapi Prancis.
Gelandang Manchester United Paul Pogba dan gelandang Barcelona Ousmane Dembele menjadi target rasisme (suara monyet) di laga itu.
(baca juga: Gattuso Bakal Bawa Memphis Depay ke San Siro)
Akan tetapi sanksi tersebut dinilai ringan sehingga membuat kekhawatiran tindakan rasisme masih akan terjadi.
Danny Rose sendiri punya pengalaman buruk akan tindakan rasisme. Pada tahun 2012, saat membela Inggris dalam pertandingan U-21 di Serbia, ia menjadi korban rasis. Asosiasi Sepak Bola Serbia kemudian dijatuhkan denda 65 ribu euro oleh FIFA.
"Ayahku sangat sedih. Saya bisa dengar dari suaranya. Dia mengatakan mungkin tidak akan pernah mendapat kesempatan lagi untuk datang dan menonton saya di piala dunia," ujar bek kiri Tottenham itu.
Mendengar hal itu Danny Rose jadi sangat emosional. Namun ia mengatakan keputusannya adalah yang terbaik.
"Benar-benar menyedihkan. Tapi begitulah. Saya tidak ingin mengkhawatirkan keselamatan keluarga saya ketika saya sedang melakukan persiapan untuk pertandingan," ujar Danny Rose.