REPUBLIKA.CO.ID, KIEV - Pelatih Spanyol Vicente del Bosque menyanjung anak asuhnya dengan menyebut mereka sebagai "generasi pesepakbola hebat" di era yang hebat.
Pujian itu ia lontarkan menyusul sukses anak asuhannya membekuk Italia 4-0 di final Piala Eropa 2012 di Kiev, Senin (2/7) dini hari WIB.
Kemenangan ini membuat Spanyol menjadi tim pertama yang sukses mempertahankan gelar Kejuaraan Eropa, serta membuat mereka menjadi tim pertama sepanjang sejarah yang mampu menjuarai tiga turnamen internasional utama secara berturut-turut.
Sejumlah pemain di tim ini, termasuk Xavi, kapten Iker Casillas, dan pemain terbaik, Andres Iniesta, tampil saat Spanyol meraih tiga gelar tersebut, dan Del Bosque mengatakan mereka merupakan contoh sinar terang bagi negara.
"Kita berbicara mengenai generasi pesepak bola yang hebat," ucapnya. "Mereka memiliki akar, dan mereka tahu bagaimana untuk bermain bersama sebab mereka berasal dari negara di mana mereka belajar bermain dengan baik."
"Mereka telah melakukan pekerjaan bagus. Kami memiliki pemuda-pemuda hebat yang bermain di luar negeri, yang sebelumnya itu merupakan hal mustahil. (Sebelumnya) kami tidak benar-benar memiliki pemain di luar negeri, dan sekarang klub-klub asing menginginkan pemain-pemain kami, maka ini merupakan era hebat untuk sepak bola Spanyol."
Hasil pertandingan di Stadion Olimpiade membuat Del Bosque menjadi pelatih kedua yang telah memenangi Piala Dunia dan Kejuaraan Eropa, setelah Helmut Schoen sempat meraih kesuksesan serupa bersama Jerman Barat pada pertengahan 1970-an.
Mantan pelatih Real Madrid ini juga menjadi pelatih kelima yang pernah membawa timnya menjuarai Piala Dunia, Piala Eropa, dan Liga Champions.
Seperti yang dilakukan pada dua kesempatan sebelumnya di turnamen ini, Del Bosque memilih memainkan gelandang Barcelona, Cesc Fabregas, sebagai "penyerang palsu" di ujung lini depannya.
Hal itu terbukti merupakan taktik ampuh saat menghadapi Italia, namun Del Bosque menepis tudingan bahwa dirinya merevolusi permainan dengan invasi taktiknya. "Bukan hanya ada satu (cara untuk memainkan) sepak bola," ucapnya.
"Hal terpenting adalah mencetak gol. Kami memiliki tim yang sangat seimbang. Kami memiliki jaminan (kemenangan)pada pemain-pemain kami. Kami memiliki penyerang-penyerang hebat, namun kami memilih untuk bermain dengan pemain-pemain yang lebih baik dengan gaya kami."
Gol di babak pertama yang dibukukan David Silva dan Jordi Alba membuat Spanyol unggul 2-0 saat turun minum, dan harapan Italia untuk bangkit hancur pada menit ke-60 setelah Thiago Motta yang cedera harus meninggalkan lapangan sehingga membuat kubu Azzurri harus bermain dengan sepuluh pemain.
Spanyol kemudian mendapat dua gol tambahan melalui pemain pengganti, Fernando Torres dan Juan Mata, pada sepuluh menit terakhir, namun Del Bosque mengakui bahwa keluarnya Motta telah mengubah arah permainan.
"Inilah olahraga. Hal seperti ini terjadi," ucapnya. "Kami pernah memainkan pertandingan persahabatan di mana kami kalah 0-4. Tidak banyak perbedaan di antara tim-tim nasional."
"Mereka tidak beruntung karena Thiago Motta cedera dan semuanya menjadi menguntungkan kami."
Disambut tepuk tangan oleh para pewarta saat dirinya menjalani konferensi pers pasca pertandingan, Del Bosque memuji dasar-dasar yang telah diletakkan pendahulunya, Luis Aragones, yang memimpin Spanyol menjuarai Piala Eropa 2008 di Austria dan Swiss.
"Dengan kemenangan di Wina, Luis Aragones memperlihatkan jalan itu kepada kami dan sekarang kami hanya perlu melaluinya," tuturnya.
"Akan ada lebih banyak tantangan. Terdapat kualifikasi untuk Piala Dunia 2014, dengan Finlandia, Prancis, Belarus, dan Georgia di grup kami, dan kemudian Piala Konfederasi, di saat kami akan kembali mewakili Eropa dan ingin melakukannya dengan baik.