REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Juru Bicara Tim Pemenangan Jokowi-Maruf Amin, Ruhut Sitompul, mendoakan agar kondisi suhu politik sekarang yang sedang menghangat, dapat kembali colling down. Dengan demikian, suasana menjadi dingin dalam menghadapi Pemilu 2019.
"Kami melihat kondisi politik sekarang memang lagi menghangat, tetapi saya mendoakan agar dapat turun kembali dan suasana menjadi dingin," kata Ruhut Sitompul usai blusukan di Pasar Gedhe Solo, Jumat (16/11).
Karena itu, Ruhut berharap para tokoh jangan lagi berbicara sembarangan, karena rakyat yang akan bingung. Pada Pemilu 2019 ini, ia memohon semua pihak agar kepala tetap dingin meski hati panas.
Menurut Ruhut yang paling penting demokrasi merupakan pesta rakyat. Hal tersebut, ia mengatakan, sesuai pesan Jokowi agar pesta rakyat ini diikuti dengan riang gembira.
Namanya pemilihan jelas ada yang menang, juga ada yang kalah, peserta harus siap menang dan siap kalah.
Menyinggung soal Partai Demokrat yang agak bimbang mendukung pasangan nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Ruhut mengatakan dirinya selama 10 tahun menjadi kader Partai Demokrat.
Ketika ditanya bahwa Partai Demokrat ramai disebutkan bermain dua kaki, Ruhut mengatakan "saya dengan tegas menyatakan pak SBY bukan bermain dua kaki, tetapi setengah hati, jadi berbeda."
Ruhut mengaku juga mengerti ketika SBY mengadakan pertemuan dengan Prabowo Subianto (capres nomor urut 02), dan SBY menyatakan pihaknya mendukung Prabowo, kendati tidak mendapat jabatan apa-apa.
Namun, kata dia, Prabowo sendiri yang memberikan harapan. Ketika itu, Prabowo bilang sedang mencari calon wakil presiden (cawapres), dan salah satu yang pantas, yakni Agus Harimurti (AHY).
"Ketika ramai-ramai soal mahar, uang senilai Rp500 miliar untuk PKS dan Rp500 miliar untuk PAN yang dikatakan oleh Sekjen Partai Demokrat Andi Arief, ereka mulai gelisah. Kita negara hukum, jika PKS dan PAN merasa dipojokkan soal komentar itu, melapor saja kepada polisi. Nyatanya tidak dan hanya diam saja. Hal ini, membuat pak SBY mulai setengah hati," kata Ruhut.
Namun, kata dia, pada pemilihan presiden, wakil presiden, anggota legislatif baik tingkat nasional, provinsi, kabupaten kota dan DPD sekarang ini bersamaan. Ada persyaratan untuk anggota legislatif minimal harus mendapat empat persen perolehan kursi dari jumlah total di parleman.
"Dengan aturan itu, kami menilai beberapa partai pendukung merasa jika bukan calon presiden atau wakil presidennya, bisa tidak memperoleh empat persen di parleman. Mereka setengah hati, dan lebih fokus termasuk Demokrat mendukung kader-kader untuk menjadi anggota legislatif," katanya.
Ruhut juga mengaku kaget ketika putra SBY, yakni AHY dan Edi Baskoro (Ibas) memberikan pernyataan semua calon anggota legislatif dari Partai Demokrat diberikan kebebasan memilih pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin atau Prabowo-Sandiaga.