REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan komisaris utama Merpati Said Didu menilai sebaiknya Merpati memulai penerbangannya di daerah-daerah terpencil. Ia mencontohkan Papua bisa jadi lokasi awal yang baik bagi perkembangan Merpati di kemudian hari.
"Mulailah dari daerah terpencil. Jangan mulai dari kota. Papua harus menjadi titik awal lagi," kata Said, dalam diskusi bertajuk 'Semoga Merpati tak Ingkar Janji' di The Atjeh Connection, Jakarta Pusat, Sabtu (17/11).
Ia mengatakan, Merpati harus memiliki tujuan yang sama seperti sebelumnya, yaitu menjadi jembatan nusantara. Papua sebagai salah satu daerah yang ada di ujung Indonesia seringkali tidak terjangkau dan harga penerbangan ke tempat tersebut sangat mahal.
"Saya pikir moto yang harus dibangun lagi adalah Merpati harus tetap menjadi jembatan nusantara," kata Said.
Merpati yang telah mati suri sejak 2014 memiliki asa untuk kembali terbang setelah Pengadilan Niaga Surabaya mengabulkan permintaan homologasi. Merpati mendapat restu untuk melakukan penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU). Utang Merpati sebesar Rp 10,7 triliun kepada ribuan kreditur boleh dibayarkan setelah kembali beroperasi.
Presiden Direktur Merpati Nusantara Airline, Asep Ekanugraha, menjelaskan Merpati optimistis bisa kembali terbang di tahun depan karena sudah mengantongi komitmen kucuran dana dari investor sebesar Rp 6,4 triliun. Asep menjelaskan kucuran dana yang didapat oleh Merpati ini merupakan salah satu sumber pendanaan agar merpati bisa melakukan restrukturisasi utang atau penataan ulang tata kelola keuangan ke depan.