REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) berharap munculnya kembali Merpati Nusantara Airlines dapat menyeimbangkan iklim usaha penerbangan di Indonesia. Hal ini disampaikan oleh Pengurus Harian YLKI, Sudaryatmo, saat sebuah diskusi bertajuk 'Semoga Merpati Tak Ingkar Janji' di The Atjeh Connection, Jakarta Pusat, Sabtu (17/11).
Said Didu: Merpati Sebaiknya Mulai dari Papua
Sudaryatmo menilai, ekosistem bisnis penerbangan di Indonesia semakin memburuk. "YLKI melihat posisi kelahiran Merpati nenjadi lebih strategis karena harapannya, Merpati bisa menciptakan kesimbangan baru yang sekarang cenderung menuju ke tidak sehat dengan adanya dominasi airlines tertentu," kata dia menjelaskan.
Berdasarkan data tahun 2017, 51 persen pasar penerbangan dikuasai oleh Lion Air Group. Sudaryatmo mengatakan, apabila bisnis dikuasai oleh satu maskapai maka bisa mengganggu kelancaran bisnis itu sendiri secara keseluruhan.
Terkait hal tersebut, ia mendorong pemerintah untuk dapat menyeimbangkan ketidakseimbangan itu. "Ini effort yang harus dilakuan pemerintah harus lebih besar untuk memastikan bahwa perusahaan penerbangan yang menguasai pasar tadi tidak menyalahgunakan posisi dominannya," katanya lagi.
Selain itu, apabila bisnis penerbangan dikuasai satu maskapai saja akan mengganggu kelancaran konsumen memperoleh fasilitas transportasi udara. Pasalnya, ketika satu maskapai itu mengalami masalah maka penerbangan tidak akan berjalan dengan semestinya.
"Kita bayangin saja ketika demo mogok. Jadi kalau maskapai itu besar, lalu pilotnya mogok aja jadi masalah," kata dia.
YLKI beranggapan, idealnya dalam sebuah negara memiliki tiga sampai lima maskapai yang memiliki penguasaan pasar yang relatif sama. Oleh karena itu, dihadirkannya kembali Merpati diharapkan dapat menyeimbangkan situasi bisnis penerbangan di Indonesia.