REPUBLIKA.CO.ID, MEKSIKO CITY -- Seorang hakim federal Meksiko mengeluarkan putusan yang melarang dilakukannya deportasi terhadap anak-anak dan remaja yang berada dalam rombongan migran. Mereka juga dilaporkan hendak melakukan perjalanan dengan para orang tua.
Diketahui para migran berencana menuju Amerika Serikat (AS), tepatnya ke Kantor Pertahanan Hak Anak dan Alaiden Foppa Refugee Clinic, yang dibentuk oleh Universitas Iberoamerican. Hakim federal Meksiko mengajukan perintah untuk melindungi anak-anak di bawah umur yang bepergian dalam rombongan tersebut.
Putusan ini mendesak Kantor Penuntut Federal untuk Hak Anak-anak dan Remaja, otoritas untuk perlindungan anak, untuk mengaktifkan mekanisme dan prosedur yang terkait untuk memungkinkan perlindungan tersebut di wilayah Meksiko. Hal tersebut terlepas dari apapun status migrasi yang mereka miliki.
Kemudian, perlindungan tambahan juga diberikan dalam ketentuan yang mengatur hukum bagi anak-anak di Meksiko. Hakim memutuskan bahwa anak di bawah umur yang bepergian bersama rombongan migran tak dapat dipisahkan dari keluarga mereka, yang mengartikan bahwa seluruhnya tak dapat dideportasi.
Putusan hakim menegaskan kepada Komisi Meksiko untuk Bantuan Pengungsi (Comar) memprakarsai prosedur kolektif untuk memberikan status pengungsi kepada setiap anak dan remaja yang mengajukan permohonan pengungsi. Komisi juga diminta mengakui adanya kekerasan yang mungkin terjadi di negara asal migran, serta situasi yang memaksa mereka melakukam migrasi.
Diketahui setidaknya ada 2,300 migran yang merupakan anak-anak di Meksiko. Mereka berusaha untuk keluar dari wilayah Amerika Tengah untuk menghindari kekerasan, serta kejahatan lainnya yang rentan terjadi di negara-negara wilayah tersebut, khususnya seperti El Salvador, Guatemala, dan Honduras.
Presiden terpilih Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador berencana untuk meminta Pemerintah AS dan Kanada untuk mengalokasikan sumber daya guna meningkatkan pembangunan di Amerika Tengah. Ia berjanji untuk membantu mengontrol krisis migrasi yang terjadi, seperti di Honduras, di mana ribuan orang meninggalkan negara tersebut untuk menuju Negeri Paman Sam.