Ahad 18 Nov 2018 13:40 WIB

Kalahkan Pengaruh Cina di Pasifik, AS Siap Investasi di PNG

AS akan bangun proyek pembangkit listrik senilai 1,7 miliar dolar AS.

Rep: Marniati/ Red: Friska Yolanda
Papua Nugini berada di peringkat kedua terbawah dalam daftar Kebebasan Global di kawasan Pasifik.
Foto: ABC
Papua Nugini berada di peringkat kedua terbawah dalam daftar Kebebasan Global di kawasan Pasifik.

REPUBLIKA.CO.ID, PORT MOREBSY -- Amerika Serikat (AS)  berusaha untuk melawan pengaruh Cina di kawasan Asia Pasifik. AS dan tiga sekutunya pada Ahad (18/11) mengumumkan rencana investasi sebesar 1,7 miliar dolar AS untuk menyediakan jaringan listrik dan internet di Papua Nugini (PNG).

Cina pada Ahad juga telah membuat kesepakatan dengan Tonga. Seorang pejabat Tonga mengatakan negara Pasifik itu telah menandatangani inisiatif Belt and Road. Tonga juga menerima penangguhan lima tahun atas pinjamannya kepada Cina sebelum waktunya untuk memulai pembayaran pokok.

Ketiga sekutu AS tersebut yaitu Jepang, Australia, dan Selandia Baru. Sekutu Barat berencana menyediakan listrik pada 2030 kepada 70 persen penduduk PNG. Saat ini hanya 13 persen penduduk yang menikmati listrik.

"Kami percaya bahwa pengumuman hari ini adalah bukti bahwa AS dan  sekutunya berniat berinvestasi di wilayah ini tidak seperti sebelumnya," kata Wakil Presiden AS Mike Pence pada konferensi pers.

Pence mengatakan ini adalah proyek pertama di bawah perjanjian kerja sama antara AS, Jepang dan Australia untuk menyediakan modal bagi infrastruktur di Pasifik di tengah kekhawatiran tentang pengaruh Cina di wilayah tersebut.

Pada  Sabtu, Pence mengatakan bahwa negara-negara di kepulauan pasifik itu seharusnya tidak menerima utang yang membahayakan kedaulatan mereka. 

Ketegangan ini menciptakan kesulitan bagi PNG dalam menyusun pengumuman resmi yang dapat diterima oleh semua anggota. Media Australia melaporkan bahwa pejabat Cina menuntut untuk bertemu dengan Menteri Luar Negeri PNG Rimbink Pato soal pengumuman akhir KTT. Tetapi, pejabat Cina itu ditolak untuk menemui Pato di kantornya. Pato tidak menanggapi permintaan untuk berkomentar.

PNG adalah rumah bagi delapan juta orang, empat-perlima di antaranya tinggal di luar daerah perkotaan dan dengan infrastruktur yang buruk. Ini memunculkan persaingan antara AS dan Cina untuk membangun aliansi di wilayah tersebut.

Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Arden mengatakan proyek pembangkit listrik itu akan menelan biaya sekitar 1,7 miliar dolar AS. Seorang juru bicara pemerintah Australia mengatakan kepada Reuters bahwa ia akan menyumbang 18,3 juta dolar AS pada tahun pertama kesepakatan  itu.

Cina telah menanamkan investasi untuk proyek-proyek pembangunan di kawasan itu, termasuk rencana untuk membangun pembangkit listrik tenaga air  di PNG sebagai bagian dari inisiatif Belt and Road.

Belt dan Road pertama kali diusulkan pada 2013 untuk memperluas hubungan darat dan laut antara Asia, Afrika dan Eropa.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement