REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Ketua Tim Satgas Penanggulangan Dampak Bencana Kemterian Agama, Oman Fathurahman mengatakan, gempa Palu, Sigi, dan Donggala menimbulkan banyak korban dan kerusakan infrastruktur. Dari 2.113 korban wafat yang tercatat, 16 di antaranya merupakan keluarga Kementerian Agama. Selain itu, 223.751 orang terpaksa mengungsi. Sedangkan kerusakan infrastruktur meliputi 2.736 sekolah dan hampir 1.000 unit bangunan fasilitas ibadah.
"Sekitar 26 ribu siswa madrasah terdampak gempa ini akibat 186 madrasah yang rusak. Santri di 576 pesantren yang rusak juga terkena dampak," kata Oman Fathurahman dalam siaran pers yang diterima Selasa (20/11).
Staf Ahli Menteri Agama dan guru besar UIN Jakarta timnya juga sedang berupaya memulihkan kembali rumah ibadah yang rusak. Tercatat sedikitnya 911 bangunan tempat ibadah yang terdampak gempa. Rinciannya terdiri atas 192 unit masjid, 12 mushala, 664 gereja, dan 43 pura.
"Semua kebutuhan tempat ibadah kita perhatikan. Bagi umat Kristen, misalnya, Kemenag telah memberikan 10 tenda darurat yang berfungsi sebagai gereja sementara," terang Oman.
Kerusakan parah juga terjadi di IAIN Palu. Aktivitas akademik lumpuh total pascabencana karena praktis hanya 20 persen bangunan fisik yang bisa dimanfaatkan. Sisanya, rusak parah dan tergenang lumpur. Padahal, terdapat 7.041 mahasiswa yang kuliah di kampus tersebut.
Agar proses belajar mengajar tetap berjalan, Satgas berkordinasi dengan Rektor IAIN Palu, Sagaf S Pettalongi, mengawali aksi dengan membersihkan area kampus seluas tujuh hektare itu. Kemudian, memberikan bantuan dana awal sebesar Rp 500 juta, mendirikan 25 unit tenda darurat, dan membuat 25 ruang kelas sementara.
Hasilnya, perkuliahan dapat berjalan mulai 1 November 2018 dengan mekanisme semester pendek. Sebagian mahasiswa juga diikutkan dalam program kuliah di UIN Makassar, IAIN Pare-Pare, dan IAIN Gorontalo. Proses belajar di lingkungan madrasah juga berjalan kembali seiring pembangunan 26 ruang kelas sementara dan pendirian 116 tenda darurat.
Selain itu, para siswa diberikan trauma healing. Dalam proses ini, Satgas menggandeng Keluarga Peduli Pendidikan (Kerlip) yang sigap membangun kelas darurat dengan memanfaatkan bahan alam yang ada. “Ini langkah sementara. Kami berupaya segera memulihkan kantor agar publik dapat terlayani lebih baik,” katanya.